Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri
Israel,
Benjamin Netanyahu, mengaku lega dengan keputusan pengunduran diri secara tiba tiba Menteri Luar Negeri
Iran, Mohammad Javad Zarif.
"Zarif suah pergi, keputusan yang bagus. Selama saya di sini, Iran tidak akan pernah memperoleh senjata nuklir," ujar Netanyahu, sebagaimana dikutip
AFP.
Zarif menjabat sebagai menlu Iran sejak Agustus 2013 lalu. Dia kerap menghadapi tekanan dari kelompok konservatif karena kebijakan detente Rouhani dengan negara Barat, terutama Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga merupakan pemimpin negosiator Iran dalam perjanjian nuklir bersama AS, Uni Eropa, dan lima negara lainnya.
Perjanjian yang diteken pada 2015 lalu itu menyepakati bahwa negara Barat akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran. Sebagai balasan, Iran harus menyetop segala bentuk pengembangan senjata rudal dan nuklirnya.
Tekanan kian kuat setelah AS menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir itu pada Mei 2018 lalu hingga memengaruhi perekonomian Iran.
Kaum ultra-konservatif menyalahkan Zarif karena dianggap menegosiasikan kesepakatan yang buruk. Mereka menganggap kesepakatan itu tak membawa keuntungan bagi Iran secara singifikan.
Zarif sempat mengakui bahwa tantangan paling besar selama menegosiasikan perjanjian nuklir tersebut adalah tekanan dari dalam negeri.
"Kami lebih khawatir dengan serangan dari belakang daripada pada negosiasi. Sisi lain tidak pernah berhasil membuat saya lelah selama bernegosiasi, tetapi tekanan internal membuat saya jatuh baik selama dan setelah negosiasi," ucap Zarif dalam wawancaranya dengan sebuah koran lokal pada 2 Februari lalu seperti dikutip AFP.
(ham/has)