Jakarta, CNN Indonesia -- Pihak Australia hingga hingga Sabtu (16/3) belum merilis identitas 49 korban
penembakan di dua masjid di
Christchurch, Selandia Baru yang terjadi pada Jumat (15/3). Meski begitu, berdasarkan keterangan pihak keluarga, ada satu nama yang diklaim sebagai salah satu korban, yaitu Haji
Daoud Nabi.
CNN memberitakan, salah satu anak
Daoud Nabi,
Yama Nabi, mengabarkan kepada jurnalis di Christchurch bahwa ayahnya tewas dalam insiden tersebut.
Daoud Nabi imigrasi dari
Afganishtan ke Selandia Baru bersama dua anak laki-lakinya sebagai pencari suaka pada 1977. Selama tinggal di New
Zealand,
Daoud Nabi memiliki tiga anak lagi, yakni dua orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yama Nabi mengatakan telat 10 menit untuk salat Jumat di masjid tempat lokasi penembakan. Dia sampai saat penembakan sedang berlangsung.
Selain
Daoud Nabi, sejumlah warga Pakistan juga berada di dalam masjid. Seorang dokter dari Pakistan bernama
Khurshid Alam mengatakan saudara laki-laki dia,
Naeem Rashid (50), dan keponakan dia,
Talha Rashid (21), termasuk di antara mereka yang ditembak.
Alam menyampaikan ia mendapat informasi dari seorang kolega yang mengonfirmasi kematian dari dua anggota keluarga tersebut.
"Dia [kolega Alam] sudah tujuh tahun di Selandia Baru, pekerjaannya mengajar di sebuah universitas. Keponakan saya masih sekolah di sana," kata Alam.
Brenton Tarrant, pria Australia yang melakukan penembakan di dua masjid Selandia Baru dihadirkan di pengadilan pada Sabtu (16/3). Usai menjalani sidang perdana, pelaku berusia 28 tahun tersebut dimasukkan dalam tahanan sampai jadwal pengadilan berikutnya pada 5 April 2019.
Sementara itu Perdana Menteri Selandia Baru
Jacinda Ardern, bersumpah untuk mengetatkan dan menguatkan undang-undang senjata di negara tersebut. Mengutip
AFP,
Ardern menyampaikan
Tarrant memperoleh lisensi senjata kategori A pada November 2017 lalu.
Sebulan setelahnya dia membeli lima senjata lainnya yang digunakan dalam serangan di Christchurch. Senjata yang digunakan dalam penembakan tersebut dibeli secara legal dari sebuah gudang senjata.
"Kami sedang mengerjakan rangkaian rantai peristiwa yang mengarah pada kepemilikan dan lisensi senjata, undang-undang soal senjata akan kami ubah," ucap
Ardern.
(fea)