Jakarta, CNN Indonesia --
Miliuner teknologi yang pernah dua kali maju sebagai kandidat presiden Amerika Serikat (AS) pada era 1990-an, Ross Perot meninggal dunia pada usia 89 tahun.
Juru Bicara Keluarga James Fuller mengkonfirmasi kepada
CNN. Perot menjadi miliuner setelah menjual mayoritas sahamnya pada perusahaan pemrosesan data yang ia dirikan, Electronic Data System ke General Motors seharga US$2,5 miliar pada pertengahan 1950.
Kekayaan Perot versi Majalah Forbes pada April 2019 mencapai US$4,1 miliar atau sekitar Rp57 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga pernah menggegerkan dunia politik saat maju sebagai kandidat presiden pada 1992. Ia tergolong cukup berhasll dan mengantongi 19 persen suara, berada di urutan ketiga di belakang Bill Clinton dan George HW Bush.
Pada saat kampanye, ia menantang Clinton dan Bush dengan persoalan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara. Ia berpendapat
perjanjian itu akan menyebabkan hilangnya pekerjaan Amerika.
Pada 1995, ia menciptakan Partai Reformasi, dan tahun berikutnya menerima 8 persen suara dalam pemilihan presiden sebagai kandidat partai.
Perot juga mendapat perhatian nasional atas upayanya selama Perang Vietnam untuk menciptakan kondisi yang lebih baik bagi tahanan perang AS. Dia melakukan perjalanan ke Laos, di mana dia bertemu dengan duta besar dari Rusia dan Vietnam Utara, dan dianugerahi Medali untuk Layanan Publik Terhormat oleh Departemen Pertahanan pada 1074.
Pada 1979, ketika dua karyawan EDS disandera selama revolusi di Iran, ia mengorganisasi dan membayar misi pribadi yang berhasil untuk menyelamatkan dan membawa mereka pulang.
"Dalam bisnis dan kehidupan, Ross adalah orang yang berintegritas dan beraksi. Seorang patriot Amerika sejati dan seorang lelaki dengan visi, prinsip, dan belas kasih yang langka, ia menyentuh kehidupan banyak orang melalui dukungannya yang tak tergoyahkan terhadap militer dan veteran dan melalui upayanya untuk amal, "kata Fuller dalam sebuah pernyataan.
(cnn/agi)