Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang tentara
Amerika Serikat kembali dilaporkan meninggal di
Afghanistan. Hal ini diperkirakan semakin menghambat proses perdamaian antara AS dan kelompok
Taliban, yang sudah berperang selama 18 tahun.
"Seorang prajurit AS tewas dalam tugas (KIA) hari ini di Afghanistan," demikian isi pernyataan komando operasi Resolute Support Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan, seperti
AFP, Selasa (17/9).
NATO sampai saat ini tidak merinci penyebab kematian tentara itu. Identitasnya juga masih dirahasiakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kejadian ini, jumlah serdadu AS yang tewas di Afghanistan tahun ini mencapai 17 orang. Padahal Presiden Donald Trump sudah menyatakan sejak tahun lalu mereka akan menarik pasukan dari Afghanistan secara bertahap.
Dalam persyaratan perundingan damai, AS menyatakan hanya akan menyisakan 8000 serdadu di Afghanistan, sebelum ditarik secara keseluruhan. Sebagai gantinya Taliban berjanji tidak akan memberikan tempat persembunyian bagi kelompok teroris.
Akan tetapi, proses negosiasi itu kini mandek setelah Trump membatalkan pertemuan rahasia antara pimpinan Taliban dan Afghanistan, di tempat peristirahatan presiden di Kamp David. Dia juga menyatakan perundingan itu 'sudah mati' karena dipicu kematian tentara AS akibat serangan bom yang diduga dilakukan Taliban.
Pekan lalu, Komando NATO di Afghanistan menyatakan mereka belum menerima perintah penarikan pasukan dan akan bertugas seperti biasa. Yakni melakukan patroli dan melatih militer Afghanistan.
"NATO akan tetap berada di Afghanistan sepanjang yang dibutuhkan untuk memastikan negara itu tidak lagi menjadi tempat persembunyian teroris," demikian kata seorang petinggi operasi militer NATO di Afghanistan.
Taliban juga dilaporkan meminta bantuan Rusia, setelah perundingan damai dengan AS menemui jalan buntu. Taliban mengatakan bahwa AS akan rugi besar jika tak melanjutkan perundingan.
"Warga AS akan dirugikan lebih dari yang lain dengan keputusan Trump. Sikap anti perdamaian mereka akan menjadi lebih terlihat oleh dunia, korban dan kerugian finansial mereka akan meningkat, dan peran AS dalam interaksi politik internasional akan didiskreditkan lebih jauh," jelas juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.
[Gambas:Video CNN]Dampak dari keputusan Trump menghentikan seluruh negosiasi damai dengan Taliban membuat nasib serdadu AS di Afghanistan kini menggantung. Taliban juga lantas mengancam justru AS akan merugi karena membatalkan negosiasi damai itu.
(ayp/ayp)