Jakarta, CNN Indonesia -- Pihak berwenang Provinsi Jiangsu,
China, menahan dua warga negara
Amerika Serikat karena diduga "mengorganisir orang lain untuk masuk perbatasan secara ilegal."
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, menuturkan kedua warga Amerika itu bernama Jacob Harlan dan Alyssa Petersen.
Pegawai perusahaan penyedia jasa pengajar bahasa Inggris di China, China Horizons, tersebut ditahan pada akhir September lalu.
Penahanan kedua warga Amerika ini terjadi ketika relasi Beijing dan Washington masih panas, terutama karena perang tarif perdagangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun, saya tidak melihat insiden ini memiliki keterkaitan dengan relasi China-AS sekarang," kata Geng dalam jumpa pers di Beijing pada Kamis (17/10).
Konsulat Jenderal AS di Shanghai mengaku sudah mengetahui penahanan Harlan dan Petersen. Mereka juga sudah meminta akses kekonsuleran kepada China untuk menemui kedua warganya itu.
Sebagaimana dilansir
AFP, saat ini Harlan dan Petersen pun telah dibebaskan dengan jaminan.
Sementara itu, China Horizons menyatakan bahwa keluarga Harlan dan Petersen sedang mencarikan pengacara untuk membantu keduanya pulang ke Amerika.
Harlan sendiri merupakan pendiri China Horizon. Ia ditahan di sebuah hotel di bawah pengawasan polisi Kota Zhenjiang.
Polisi dikabarkan menahannya saat dia bersama putrinya yang berusia delapan tahun sedang berada di sebuah hotel di Weifang, Provinsi Shandong, pada 28 September.
Putri Harlan diizinkan menelepon ibunya dan kemudian diterbangkan ke AS dengan seorang kerabat keluarganya.
[Gambas:Video CNN]Harlan dilaporkan memang kerap bepergian ke China untuk membantu para guru yang berada di bawah naungan perusahannya.
Sementara itu, Petersen merupakan asisten direktur China Horizons. Ia ditahan sehari sebelum Harlan ditangkap.
Akibat insiden ini, China Horizons terpaksa menutup perusahaannya pada akhir Oktober. Melalui Facebook, perusahaan itu menyatakan terpaksa berhenti mengirim guru ke China karena masalah politik dan ekonomi antara AS-China yang terus memburuk.
(rds/has)