Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok
Taliban mengklaim
China bakal menjadi tuan rumah dialog Intra-Afghan guna membahas masalah
Afghanistan. Klaim itu disampaikan oleh Juru Bicara Biro Politik Taliban, Suhail Shaheen, usai bertemu dengan diplomat China di kantor perwakilan mereka di Qatar.
"Kami membicarakan konferensi intra-Afghan yang akan segera digelar di Beijing dan sejumlah jalan keluar untuk masalah di Afghanistan," kata Shaheen, seperti dikutip dari
AFP, Jumat (25/10).
Menurut Shaheen, konferensi itu bakal digelar pada 29 sampai 30 Oktober mendatang. Dia menyatakan ajang itu tidak terkait dengan perundingan damai antara Taliban dan pemerintah Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Shaheen menyatakan dalam konferensi intra-Afghan tidak akan mengundang perwakilan pemerintah Afghanistan. Jika ada sejumlah petinggi Afghanistan yang hadir, maka tidak akan dianggap mewakili negara.
Sampai saat ini Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, belum memberikan tanggapan apapun. Namun, mantan presiden Afghanistan, Hamid Karzai, berencana hadir dalam kapasitas pribadi.
[Gambas:Video CNN]China berbatasan langsung dengan wilayah Afghanistan sepanjang 76 kilometer.
Presiden AS, Donald Trump, pada September lalu telah mengundang para pemimpin Taliban untuk bertemu. Namun dia menarik undangan itu dan mengakhiri pembicaraan setelah serangan Taliban di Kabul menewaskan seorang tentara AS. Sejak saat itu proses negosiasi mandek.
Dalam persyaratan perundingan damai, AS menyatakan hanya akan menyisakan 8000 serdadu di Afghanistan, sebelum ditarik secara keseluruhan. Sebagai gantinya Taliban berjanji tidak akan memberikan tempat persembunyian bagi kelompok teroris.
Meski tak mencapai kesepakatan, Jenderal Scott Miller, yang memimpin pasukan AS dan NATO di Afghanistan, mengatakan bahwa Amerika Serikat telah menarik 2.000 tentara dari wilayah itu selama setahun terakhir.
Perang di Afghanistan merupakan intervensi militer luar negeri terpanjang bagi AS. Mereka telah menghabiskan hampir US$1 triliun (sekitar Rp14 ribu triliun) dan menewaskan puluhan ribu orang.
(ayp/ayp)