Pengemis di China Terima Sedekah Secara Digital

CNN Indonesia
Selasa, 03 Des 2019 06:40 WIB
Seorang pengemis di China menerima transaksi digital untuk meminta uang. Pengemis tersebut menawarkan pindai kode QR bagi mereka yang tak memiliki uang tunai.
Ilustrasi QR code. (CNN Indonesia/Daniela Dinda)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pengemis di China menerima transaksi digital untuk meminta uang. Pengemis tersebut akan menawarkan pindai kode QR bagi mereka yang ingin menyumbang tetapi tak memiliki uang tunai.

Hal itu diceritakan seorang pengguna Facebook saat berkunjung ke Beijing.

Dikutip Asia One, Senin (2/12), pengguna Facebook bernama Fazil Irwan menulis saat itu ia dan teman-temannya didatangi seorang nenek yang meminta uang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Awalnya salah satu teman Irwan mencoba mengusir dengan mengatakan tidak membawa uang tunai. Namun ternyata sang nenek malah menawarkan metode sumbangan lewat cara digital.

"Tidak apa-apa, Anda bisa bayar melalui WeChat," kata nenek itu.

Nenek tersebut kemudian mengeluarkan kartu dengan sebuah kode QR dan menuturkan ia menerima donasi melalui aplikasi media sosial tersebut. Akhirnya sumbangan pun diberikan.

Cerita tersebut telah dibagikan lebih dari 16 ribu kali sejak 27 November lalu.
[Gambas:Video CNN]
Transaksi non-tunai di China pada umumnya menggunakan aplikasi media sosial WeChat dengan pembayaran melalui ponsel.

"Saya berbicara mengenai hampir semua transaksi di China dilakukan melalui WeChat," ujarnya.

Media China Daily mengatakan fenomena ini telah berlangsung sejak 2017 silam. Sejumlah pengemis memang mulai meninggalkan metode tradisional dalam mendapatkan uang.

Berbekal kartu dengan gambar kode QR yang digunakan pada label yang dikalungkan maupun ditempelkan pada kaleng besi, mereka mulai menghidupkan budaya non-tunai dengan menerima donasi dengan pembayaran dari ponsel.


Salah satunya adalah seorang pengemis di Jinan, Shandong, yang ditemukan mengalungkan kartu yang telah dicetak gambar kode QR pada April 2017. Ia dilaporkan memiliki penyakit mental dan diberikan sebuah kode QR oleh keluarganya.

Namun penggunaan kode QR ini memicu persoalan lain.

International  Business Times sempat melaporkan adanya klaim dari sebuah perusahaan pemasaran digital, China Channel, yang mengungkapkan banyak dari para pengemis di Beijing sebenarnya dibayar oleh beberapa bisnis dan startup lokal untuk mempromosikan penggunaan kode QR dan menarik orang untuk memindainya.


Pemindaian ini lalu dimanfaatkan untuk mengumpulkan data-data pengguna dari aplikasi media sosial WeChat dan data-data itu dijual ke beberapa bisnis kecil untuk keperluan periklanan. (fls/dea)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER