Jakarta, CNN Indonesia --
Italia menjadi negara kedua dengan kasus
virus corona (Covid-19) terbanyak setelah China.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, hingga Senin (16/3) sore, sebanyak 24.747 kasus virus corona tercatat di Italia, dengan angka kematian yang meningkat lebih dari 300 jiwa, menjadi 1.809.
Di samping banyaknya korban meninggal, jumlah kasus baru virus corona yang kian melonjak disebabkan karena pemerintah gencar melakukan tes laboratorium.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Per Minggu (15/3), Italia telah melakukan tes laboratorium terhadap 109.107 orang. Hasilnya, 21.157 orang dinyatakan positif virus corona. Sebanyak 7.860 orang di antaranya dirawat di rumah, 8.372 dirawat dengan gejala umum di rumah sakit, dan 1.518 dalam perawatan intensif.
Sementara itu, 1.441 orang terinfeksi virus corona dinyatakan meninggal dunia dan 1.966 lainnya dinyatakan sembuh.
Salah seorang WNI di Italia, Rieska Wulandari, turut menyaksikan cepatnya peningkatan kasus corona di sana. Dia menilai langkah yang dilakukan pemerintah Italia dalam menanggapi virus corona sudah tepat.
[Gambas:Video CNN]"Italia justru antisipatif dan proaktif, sebab jumlah yang di rawat di rumah hampir sama banyaknya dengan yang dirawat di rumah sakit," kata Rieska kepada
CNNIndonesia.com Senin (16/3).
Menurut dia, meski jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 di Italia terhitung tinggi, namun pemerintah aktif menelusuri orang yang berhubungan dengan pasien-pasien sebelumnya.
Meski demikian, banyaknya warga Italia yang menganggap remeh penularan virus corona juga berpotensi menginfeksi lebih banyak orang.
"Orang-orang pada masa semi karantina bersikap ignorant dan menganggap diri imun, mereka tetap melakukan mobilitas yang kurang selektif dan arogan, ternyata menjadi
carrier dan menginfeksi yang lain," kata Rieska.
Hingga Selasa (17/3), John Hopkins University mencatat jumlah kasus virus corona di Italia yakni 27.980 kasus, dengan angka kematian yang kembali meningkat menjadi 2.158 jiwa.
Dengan jumlah kasus yang tinggi tersebut, rumah sakit di Italia pun mulai penuh. Sehingga, banyak dari orang yang terinfeksi virus akhirnya menjalani perawatan di rumah.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian |
Kebanyakan mereka masih berusia muda dan dianggap lebih mudah sembuh dengan sendirinya.
"Tentu saja mereka tidak di rumah sakit. Rumah sakit sudah penuh. Lagi pula anak muda biasanya bisa sembuh secara mandiri dengan asupan nutrisi, vitamin, dan istirahat yang cukup. Yang penting tidak menginfeksi orang lain," ujarrnya.
Italia sebagai negara dengan peningkatan jumlah kasus corona tertinggi saat ini juga memberlakukan kebijakan lainnya untuk menahan laju virus. Salah satunya dengan menerapkan isolasi total seluruh wilayah atau
lockdown.
Awalnya,
lockdown hanya berlaku di kawasan utara Italia, tapi kemudian diperluas hingga ke seluruh penjuru negara sejak 9 Maret lalu.
Pemerintah Italia menutup semua perbatasan serta mengimbau warganya agar tak meninggalkan rumah untuk bekerja dan menjaga jarak setidaknya satu meter dari orang lain.
Bar dan restoran juga telah ditutup. Sementara itu, semua mal diminta tutup selama akhir pekan. Militer pun dikerahkan untuk memastikan aturan
lockdown ini dipatuhi.
 Ilustrasi tenaga medis membawa pasien virus corona. (Chinatopix via AP) |
Namun, Rieska mengungkapkan masih ada sekitar dua ribuan orang kedapatan berkeliaran untuk alasan yang tidak penting.
Padahal, bagi orang yang melanggar aturan ini dapat diganjar denda sebanyak 206 euro atau hukuman penjara. Hasil denda tersebut nantinya akan dikumpulkan dan dialokasikan untuk dana menghambat penyebaran virus corona.
"Kecerobohan manusia bisa menghasilkan kerepotan bahkan kematian bagi yang lain, maka warga harus kompak," ucap dia.
(ang/dea)