Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah warga
China yang bekerja di
Amerika Serikat saat ini ketar-ketir karena masa berlaku visa mereka akan berakhir tahun ini, tetapi tidak bisa memperpanjang karena seluruh kantor Dinas Imigrasi dan Kewarganegaraan (USCIS) di seluruh AS tutup karena mewaspadai pandemi
virus corona.
Seperti dilansir
CNN, Kamis (9/4), salah satu warga China yang resah tidak bisa melanjutkan kerja di AS adalah Tang Chen. Impian perempuan asal Provinsi Zhejiang itu kini untuk bisa menjadi penduduk permanen dan mencari nafkah di Negeri Paman Sama pupus.
Penyebabnya adalah visa tipe H1-B yang dimiliki oleh perempuan berusia 33 tahun tersebut kedaluwarsa. Akibatnya, perusahaan biro perjalanan tempat Tang bekerja enggan melanjutkan menjadi penanggung visa, dan batal menghentikan permohonan pengajuan Kartu Hijau (
Green Card).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saya pulang sekarang saya juga tidak bisa dapat tiket," kata Tang.
Jika Tang bisa mendapatkan Green Card, maka dia akan bisa bebas bekerja dan tinggal tanpa harus risau diburu petugas imigrasi AS.
Setiap tahun pemerintah AS menerbitkan sekitar 900 ribu visa kerja H1-B. Masa berlakunya tiga tahun dan bisa diperpanjang dalam jangka waktu yang sama.
Menurut data Kementerian Luar Negeri AS pada 2019, sekitar 15 persen pemegang visa kerja H1-B adalah warga China.
Para warga asing yang memegang visa H1-B AS yang masa berlakunya habis mempunyai waktu 60 hari untuk mengubah status mereka menjadi turis atau pelajar. Jika beruntung mereka bisa mendapatkan majikan baru yang sudi menjadi penanggung visa tersebut.
Jika tidak, maka mereka harus angkat kaki dari AS. Sebab, kalau warga asing tersebut berada di AS melebihi masa tinggal selama 180 hari yang ditetapkan dalam visa, maka mereka dilarang kembali ke AS.
Persoalannya adalah sulit mencari pihak yang mau mempekerjakan warga asing di AS dalam kondisi saat ini. Ketika perekonomian lesu akibat imbas virus corona.
Ditambah lagi AS membatasi jumlah penerbangan dan kedatangan dari dan menuju negara tersebut. Selain itu, perseteruan AS dan China dikhawatirkan memperburuk kondisi tersebut.
Dilema ini yang harus dihadapi Tang dan sejumlah warga China lainnya yang merantau di AS.
Maka dari itu Tang kini hanya bisa berharap dengan menyebar sebanyak mungkin lamaran, dengan harapan ada yang mau mempekerjakan ahli komputer seperti dirinya.
Di sisi lain, badan penerbangan China juga memangkas jumlah penerbangan untuk mempermudah deteksi dan mencegah virus corona kembali menyebar. Akibatnya, harga tiket pesawat ke China terus melambung.
"Saya belum pernah melihat begitu banyak pemegang visa kehilangan pekerjaan mereka," kata seorang advokat khusus menangani masalah imigrasi asal New York, Ying Cao.
Maret lalu saja, jumlah warga asing yang meminta saran kepada Cao terkait masalah keimigrasian meningkat dua kali lipat. Dia hanya bisa menyarankan supaya mereka segera mengubah status visa sebelum masa berlakunya berakhir.
 (CNN Indonesia/Fajrian) |
"(Lingkungan imigrasi) memang buruk, tetapi pandemi ini membuat kondisi semakin menyulitkan. Banyak klien saya di sini yang memegang visa kerja sangat khawatir," kata seorang advokat khusus imigrasi asal New York lainnya Tsui Yee.
USCIS sampai saat ini belum memberikan pengumuman apakah mereka akan menangguhkan sementara batas kedaluwarsa visa H1-B tersebut.
(ayp/ayp/ayp)
[Gambas:Video CNN]