Prestasi Kerala dan Shailaja Si 'Pembantai Corona' dari India

CNN Indonesia
Kamis, 14 Mei 2020 21:25 WIB
K.K. Shailaja
Menteri Kesehatan Negara Bagian Kerala, India, K.K. Shailaja (kanan), tengah melakukan telekonferensi. (Courtesy of Twitter/@shailajateacher)
Jakarta, CNN Indonesia --

India sebagai salah satu negara yang terdampak virus corona (Covid-19) menerapkan kebijakan cukup keras untuk menahan laju penyebaran pandemi mematikan tersebut.

Sejumlah pemberitaan tentang India memperlihatkan bagaimana kesulitan yang dialami masyarakat, terutama para perantau, ketika pemerintah setempat menerapkan penguncian wilayah (lockdown).

Di balik seluruh polemik tersebut, ada kisah menarik dari negara bagian Kerala yang berada di barat daya.

Kerala dilaporkan menjadi negara bagian di India yang paling gemilang dalam menahan penyebaran virus corona. Selain kebijakan yang mantap, ternyata ada sosok Kepala Dinas Kesehatan Kerala, K.K. Shailaja, yang gagasannya dinilai efektif menghadapi pandemi.

Karena kegigihannya, Shailaja saat ini dijuluki sebagai 'pembantai virus corona'.

"Kami hanya berhadap yang terbaik tetapi menyusun rencana untuk menghadapi situasi terburuk, tetapi kami tidak dapat memperkirakan apa yang terjadi pekan depan," kata Shailaja seperti dikutip dari Gulf News, Kamis (14/5).

Shailaja yang merupakan mantan guru langsung menyusun sejumlah strategi pencegahan dan penanganan virus corona, bahkan sebelum kasus tersebut terdeteksi.

Menurut Shailaja hal itu dilakukan karena banyak pemuda dari daerah tersebut kuliah di Wuhan, China. Wuhan adalah sumber awal penyebaran virus corona.

Selain itu, Shailaja menyadari Kerala berpotensi menjadi pusat penyebaran virus karena tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan menjadi daerah tujuan wisatawan lokal serta asing. Dia juga menggunakan pengalaman dalam menangani wabah Virus Nipah dua tahun lalu.

Akibat kejadian itu, pemerintah dan penduduk setempat malah menjadi semakin waspada.

Dia memerintahkan menyiapkan pusat kendali pada 23 Januari di ibu kota Thiruvananthapuram, dan membentuk tim gabungan yang terdiri dari aparat keamanan dan sipil.

Ilustrasi proses pemulangan para perantau di India. (AP Photo/Ajit Solanki)

Sepekan kemudian, tenaga medis setempat berhasil mendeteksi pasien pertama virus corona di Kerala. Dia adalah salah satu dari tiga mahasiswa yang pulang dari Wuhan.

Langkah yang diambil Shailaja dan Menteri Besar Kerala, Pinarayi Vijayan, sama seperti di negara dan tempat lain. Yakni menerapkan jaga jarak, mewajibkan penggunaan masker, meliburkan sekolah, dan meminta para karyawan bekerja dari rumah.

Bagi para pelajar dan penduduk yang kurang mampu, pemerintah tanpa diminta langsung mendata dan memasok bahan makanan setiap hari ke rumah masing-masing hingga ke desa-desa melalui para relawan, tanpa ada yang luput. Hal itu membuat para penduduk tidak perlu repot keluar rumah untuk berbelanja, kecuali ada urusan mendesak.

Shailaja memerintahkan bawahannya untuk meminta seluruh dokter dan perawat selalu berlatih setiap hari supaya bisa membedakan gejala Covid-19 dan flu biasa. Hal ini penting untuk menghindari kekeliruan diagnosa yang berujung fatal.

Institut Virologi Nasional di Pune juga langsung mendirikan laboratorium untuk mempercepat waktu pemeriksaan sampel. Kerala bahkan menerapkan lockdown 23 Maret, lebih awal sebelum pemerintah pusat menerapkan secara nasional.

Para petugas medis juga gencar melacak orang-orang yang berstatus pasien dalam pengawasan, orang dalam pemantauan, dan bahkan mereka yang positif tanpa gejala.

Pemerintah Kerala lantas mewajibkan seluruh orang yang datang dari China dikarantina selama 28 hari. Mereka juga menyiapkan saluran telepon layanan masyarakat untuk membantu memberikan informasi kepada para penduduk.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Yang tidak kalah penting adalah ternyata sistem layanan kesehatan di Kerala memenuhi standar dunia.

Pemerintah setempat menyediakan fasilitas berjenjang dari klinik, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit tingkat kelurahan, sampai rumah sakit umum daerah. Sistem itu didukung rumah sakit universitas serta lembaga penelitian dan pusat perawatan.

Bahkan, di Kerala terdapat 100 ribu ranjang pasien untuk 35 juta penduduk. Hal itu membuat rasio penanganan pasien di rumah sakit sekitar 2,9 ranjang per seribu orang.

Memang masih kalah dari Italia yang mencapai 3,2 ranjang per seribu orang. Namun, Kerala unggul dari Amerika Serikat yang hanya mempunyai rasio 2,2 tempat tidur per seribu orang.

Perbandingan dokter dengan penduduk di Kerala adalah 1:200. Rasio itu jauh melebihi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni satu dokter untuk seribu orang.

Upaya pemerintah setempat mencegah laju penyebaran virus corona juga terbantu oleh kebiasaan gemar membaca di antara penduduk. Dengan tingkat gemar membaca mencapai 94 persen, pesan kampanye melawan virus corona yang dibuat pemerintah melalui berbagai macam media, termasuk media sosial, sampai dan dipahami masyarakat.


Akibat upaya Shailaja dan seluruh aparat serta masyarakat, jumlah kasus virus corona di Kerala hanya mencapai 482 orang. Empat di antaranya meninggal dan lebih dari separuh pasien sembuh.

Taktik Shailaja juga dinilai berhasil menekan kurva penyebaran serendah mungkin.

Hal itu juga tidak lepas dari budaya politik sayap kiri yang kental di Kerala. Pemerintah Kerala membentuk sistem desentralisasi dan bertahun-tahun menggelontorkan anggaran untuk membangun infrastruktur publik seperti rumah sakit dan perpustakaan.

Maka tidak heran jika masyarakat di Kerala gemar membaca, tingkat kematian ibu hamil yang rendah, dan para dokter serta perawatnya amat terampil dan cakap.

(ayp/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER