Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak pandemi
virus corona (
Covid-19) terus meluas, termometer menjadi salah satu peralatan medis yang langka di
Amerika Serikat.
Sejumlah produsen dan distributor di AS mengatakan permintaan terhadap termometer sudah sangat tinggi sejak awal tahun ini, terutama ketika penyedia layanan kesehatan mulai memesan lebih banyak alat pengukur suhu tubuh itu untuk memindai orang-orang dengan gejala Covid-19.
"Anda tidak bisa memproduksi termometer yang cukup sekarang," kata wakil presiden bidang komunikasi salah satu perusahaan pemasok alat medis utama di AS, Hillrom, Howard Karesh, kepada
CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya lembaga kesehatan, termometer juga diborong oleh konsumen individual yang terkena
panic buying terutama di awal penyebaran virus corona di AS.
Belakangan, ia menuturkan perusahaan besar dan lembaga pemerintah telah memesan termometer dalam jumlah cukup besar untuk melakukan pemeriksaan kesehatan harian kepada karyawan mereka.
Permintaan yang semakin tinggi ini berlangsung menjelang pembukaan kembali aktivitas bisnis dan perekonomian di AS setelah sempat dibatasi karena pencegahan penularan corona.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian Insert Artikel - Waspada Virus Corona |
Produsen dan distributor termometer di AS mengaku permintaan termometer telah melampaui pasokan yang ada karena toko dan kantor di seluruh AS mulai dibuka kembali.
CEO American Diagnostic Corp, Marc Blitstein, salah satu produsen termometer terbesar di AS, mengatakan permintaan alat pengukur suhu tubuh itu naik 900 persen. Termometer yang paling banyak dipesan adalah termometer digital dahi yang dapat digunakan tanpa harus menyentuh orang secara fisik.
[Gambas:Video CNN]Blitstein menuturkan perusahannya juga mengecer sejumlah produk termometer yang diproduksi di situs-situs
e-commerce seperti Amazon. Sejauh ini, selusin model termometer sudah terjual habis selama musim panas.
Beberapa model termometer bahkan sudah terjual habis hingga Oktober mendatang.
"Kami terus berjuang untuk mengikuti permintaan pasar," kata Blitstein.
Berdasarkan data statistik
Worldometer per Rabu (20/5), AS masih menjadi negara dengan jumlah kasus corona dan kematian tertinggi di dunia. AS tercatat memiliki 1.570.583 kasus positif corona dengan 93.533 kematian.
Meski masih menemukan lonjakan kasus corona baru, hampir seluruh 50 negara bagian AS berencana membuka kembali kegiatan perekonomian dan bisnis dalam waktu dekat.
Presiden Donald Trump menuturkan AS tidak bisa terus menunggu sampai virus corona benar-benar hilang.
"Kami tidak bisa tetap menutup diri sebagai sebuah negara. Kita tidak akan memiliki apa-apa lagi," kata Trump beberapa waktu lalu.
(rds/evn)
[Gambas:Video CNN]