Jelang Relaksasi Pasca Corona, AS Terancam Krisis Termometer

CNN Indonesia
Kamis, 21 Mei 2020 05:02 WIB
A member of the medical staff wearing his Personal Protective Equipment (PPE) has his temperature taken while working at the COVID-19 division at the ASST Papa Giovanni XXIII hospital in Bergamo, on April 3, 2020. - Italy's three-week lockdown to stop the spread of COVID-19 has been extended through at least mid-April and its economy is expected to suffer its biggest peacetime shock since World War II. (Photo by Piero CRUCIATTI / AFP)
Ilustrasi penggunaan termometer. (Foto: AFP/PIERO CRUCIATTI)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak pandemi virus corona (Covid-19) terus meluas, termometer menjadi salah satu peralatan medis yang langka di Amerika Serikat.

Sejumlah produsen dan distributor di AS mengatakan permintaan terhadap termometer sudah sangat tinggi sejak awal tahun ini, terutama ketika penyedia layanan kesehatan mulai memesan lebih banyak alat pengukur suhu tubuh itu untuk memindai orang-orang dengan gejala Covid-19.

"Anda tidak bisa memproduksi termometer yang cukup sekarang," kata wakil presiden bidang komunikasi salah satu perusahaan pemasok alat medis utama di AS, Hillrom, Howard Karesh, kepada CNN.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya lembaga kesehatan, termometer juga diborong oleh konsumen individual yang terkena panic buying terutama di awal penyebaran virus corona di AS.

Belakangan, ia menuturkan perusahaan besar dan lembaga pemerintah telah memesan termometer dalam jumlah cukup besar untuk melakukan pemeriksaan kesehatan harian kepada karyawan mereka.

Permintaan yang semakin tinggi ini berlangsung menjelang pembukaan kembali aktivitas bisnis dan perekonomian di AS setelah sempat dibatasi karena pencegahan penularan corona.

Insert Artikel - Waspada Virus CoronaFoto: CNN Indonesia/Fajrian
Insert Artikel - Waspada Virus Corona

Produsen dan distributor termometer di AS mengaku permintaan termometer telah melampaui pasokan yang ada karena toko dan kantor di seluruh AS mulai dibuka kembali.

CEO American Diagnostic Corp, Marc Blitstein, salah satu produsen termometer terbesar di AS, mengatakan permintaan alat pengukur suhu tubuh itu naik 900 persen. Termometer yang paling banyak dipesan adalah termometer digital dahi yang dapat digunakan tanpa harus menyentuh orang secara fisik.

[Gambas:Video CNN]

Blitstein menuturkan perusahannya juga mengecer sejumlah produk termometer yang diproduksi di situs-situs e-commerce seperti Amazon. Sejauh ini, selusin model termometer sudah terjual habis selama musim panas.

Beberapa model termometer bahkan sudah terjual habis hingga Oktober mendatang.

"Kami terus berjuang untuk mengikuti permintaan pasar," kata Blitstein.

Berdasarkan data statistik Worldometer per Rabu (20/5), AS masih menjadi negara dengan jumlah kasus corona dan kematian tertinggi di dunia. AS tercatat memiliki 1.570.583 kasus positif corona dengan 93.533 kematian.

Meski masih menemukan lonjakan kasus corona baru, hampir seluruh 50 negara bagian AS berencana membuka kembali kegiatan perekonomian dan bisnis dalam waktu dekat.

Presiden Donald Trump menuturkan AS tidak bisa terus menunggu sampai virus corona benar-benar hilang.

"Kami tidak bisa tetap menutup diri sebagai sebuah negara. Kita tidak akan memiliki apa-apa lagi," kata Trump beberapa waktu lalu. (rds/evn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER