Kasus Covid-19 di Afrika Mencapai 100.000 Orang

CNN Indonesia
Sabtu, 23 Mei 2020 14:19 WIB
A woman stands with a suitcase containing all her belongings outside the Rosebank Homeless Shelter, in Johannesburg on March 23, 2020, ready to go back to her family in the Eastern Cape as she fears the outbreak of the COVID-19 coronavirus. - The Rosebank Homeless Shelter, housing approximately 100 homeless and unemployed people, closed their doors until further notice amid concerns for the safety of residents, visitors, and staff and as a preventive measure against the spread of the COVID-19 coronavirus.
On March 23, 2020, South Africa announced 402 confirmed cases of the COVID-19 coronavirus, an increase of 128 from the March 22, 2020 tally. (Photo by Emmanuel Croset / AFP)
Ilustrasi penduduk Afrika di tengah pandemi virus corona. (AFP/EMMANUEL CROSET)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika pada Jumat (22/5) kemarin menyatakan jumlah kasus positif virus corona (Covid-19) di benua tersebut telah melampaui 100.000 orang.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pandemi Covid-19 terlihat mengambil jalur berbeda di Afrika.


Yang lebih mengkhawatirkan, jumlah petugas kesehatan yang terinfeksi di Afrika berjumlah lebih dari 3.400 orang. Beberapa pekerja medis mengancam akan membuang Alat Pelindung Diri yang tidak memadai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur CDC Afrika, John Nkengasong, pada Kamis lalu mengatakan, pekan ini benua Afrika menghadapi penambahan kasus baru yang kira-kira sama seperti pekan sebelumnya.

Pandemi ini dengan cepat menyebar di Eropa dan Amerika Serikat. Sejumlah pemerintah negara-negara Afrika pun menanggapi penyebaran ini dengan cepat.

Penguncian wilayah (lockdown) diberlakukan di 54 negara di benua Afrika dan telah memperlambat laju penyebaran pandemi.

"(Namun) itu bukan berarti Afrika telah selamat (dari Covid-19)," kata Nkengasong.

Dilansir Associated Press, Sabtu (23/5), dia menambahkan, pejabat kesehatan tidak melihat banyak kematian atau lonjakan pasien di rumah sakit.


Koordinator WHO wilayah Afrika, Matshidiso Moeti, pada Jumat kemarin mengatakan, "Untuk saat ini Covid-19 telah mendarat halus di Afrika, dan benua itu telah dihindarkan dari sejumlah kematian yang tinggi yang telah menghancurkan wilayah lain di dunia. Tapi kita tidak boleh terbuai dan berpuas diri".

Moeti mengatakan, saat ini kasus Covid-19 dapat meningkat secara signifikan karena banyak negara melonggarkan lockdown.

Kepala Darurat WHO, Mike Ryan, mengatakan situasi di seluruh benua masih sangat bervariasi. Dalam sepekan terakhir, empat negara di Afrika mengalami peningkatan kasus lebih dari 100 persen.

Dia mencatat, populasi muda di Afrika rata-rata berusia di bawah 20 tahun, tetapi tidak akan mengurangi kemungkinan virus akan menular. Selain itu, tidak ada yang tahu apa dampak virus ini bagi jutaan orang yang kekurangan gizi dan kamp-kamp pengungsi yang penuh sesak.

"Jadi, masih banyak yang harus dipelajari," ujar Ryan.

Jumlah pemeriksaan Covid-19 di Afrika juga masih rendah. CDC Afrika mengatakan negara-negara di sana perlu meningkatkan pengujian sekitar 10 kali lipat.

(CNN Indonesia/Fajrian)

Pengujian harus dilakukan setidaknya 1 persen dari populasi atau 13 juta orang, tapi sejauh ini baru sekitar 1,5 juta tes telah dilakukan.

Kurangnya alat tes menjadi penyebab sulitnya meningkatkan jumlah pengujian.

Nkengasong mengatakan, menurut model yang dipublikasikan, dalam skenario terburuk, Afrika akan menghadapi lebih dari 3 juta infeksi dengan lebih dari 300.000 kematian.

Dia memperingatkan bahwa model tersebut adalah perkiraan terbaik yang mereka miliki. (ans/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER