Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah pejabat tinggi beberapa badan Perserikatan Bangsa Bangsa menyerukan negara internasional memberikan dukungan finansial yang mendesak untuk
Yaman yang menghadapi pandemi di tengah konflik.
"Kami semakin khawatir tentang situasi di Yaman," kata pejabat Badan PBB untuk Kemanusiaan, UNICEF, World Food Programme, dan Badan Kesehatan Dunia (WHO), dalam pernyataan bersama, Jumat (29/5).
"Kita kehabisan waktu," kata mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PBB mengatakan wabah Covid-19 telah menyebar luas di sebagian besar wilayah Yaman, yang telah tenggelam dalam krisis kemanusiaan terburuk di dunia karena perang yang tak kunjung reda.
Pejabat PBB mengatakan mereka kini telah memiliki "kemampuan, staf, dan kapasitas" yang cukup.
"Apa yang kami tak punya adalah uang. Kami meminta donasi kepada para donor untuk berbagi dengan murah hati dan segera," kata mereka.
Mereka mengatakan sebuah konferensi donor akan diadakan pada 2 Juni mendatang. Acara itu diatur oleh Arab Saudi dan PBB.
Sekretaris Jenderal PBB untuk urusan Kemanusiaan, Mark Lowcock mengatakan uang sebesar US$2,4 miliar perlu dikumpulkan hingga akhir tahun untuk membantu Yaman.
Uang besar tersebut sudah termasuk biaya mengatasi Covid-19 di negara itu yang diproyeksi menelan US$180 juta.
"Yaman kini dalam keadaan putus asa atas bantuan," kata Muhammad Hadi dari the World Food Programme.
Sementara itu, Direktur UNICEF Henriette Fore mengingatkan akan "bencana besar". Ia menyebut lebih dari 12 juta anak di Yaman butuh bantuan kemanusiaan.
Sebelum pandemi melanda, sebanyak 2 juta anak-anak di Yaman tidak memiliki sekolah. Sedangkan lima juta anak lainnya terpaksa berhenti sekolah.
Secara resmi, Yaman mencatat 50 orang telah meninggal dunia akibat Covid-19 dan kasus infeksi telah dilaporkan di 10 dari 22 provinsi di negara tersebut.
"Namun pengujian dan pelaporan masih terbatas dan kemungkinan sebagian besar wilayah negara tersebut telah terdampak, bila tidak semua," tulis laporan PBB.
Yaman diketahui telah dilanda perang sejak 2014 antara pemberontak Huthi yang didukung Iran dan menguasai sejumlah wilayah, termasuk ibu kota Sanaa, dengan pemerintah resmi yang didukung koalisi pimpinan Arab Saudi sejak 2015.
(afp/end)
[Gambas:Video CNN]