Jakarta, CNN Indonesia -- Pada Minggu (31/5) kemarin, ratusan orang berunjuk rasa di depan istana pemerintah negara bagian Rio de Janeiro,
Brasil sebagai aksi solidaritas atas kematian warga kulit hitam di Minneapolis,
Amerika Serikat,
George Floyd, akibat kekerasan polisi.
Aksi itu sekaligus sebagai protes atas kejahatan polisi terhadap orang kulit hitam kelas pekerja di kawasan kumuh di Rio de Janeiro yang disebut
favela.
Protes bertajuk 'Black Lives Matter' pun terhenti saat polisi menembakkan gas air mata. Demonstran pun meneriakkan 'Saya tidak bisa bernapas'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini mengacu pada apa yang diucapkan Floyd saat salah satu anggota kepolisian Minneapolis menekan leher Floyd dengan lutut hingga ia meninggal.
Buat demonstran Brasil, momen kematian Floyd tampaknya jadi kesempatan untuk menyuarakan keadilan buat favela.
Hal itu juga sebagai bentuk protes atas kematian Joao Pedro Pinto, seorang remaja 14 tahun keturunan kulit hitam, yang terbunuh saat operasi polisi federal di Complexo Salgueiro.
Pada 18 Mei lalu, Pinto sedang berada di rumah keluarganya, kemudian polisi masuk dan menembaknya. Dia dilaporkan menghilang dan keluarga baru tahu tentang kematiannya sehari kemudian.
"Kami di sini hari ini karena kami ingin hidup. Kami di sini hari ini karena kami lelah dengan genosida ini. Kami di sini mengatakan tidak lebih, tidak lagi," kata aktivis Raull Santiago mengutip dari
Associated Press, Senin (1/6).
Pengunjuk rasa pun menyerukan penghentian operasi polisi di dalam
favela. Mereka meneriakkan nama-nama korban dan diikuti dengan kata 'sekarang!'.
Di Brasil, polisi Rio de Janeiro dikenal sebagai kesatuan polisi paling mematikan. Pada 2019, mereka membunuh sebanyak 1.546 orang.
Jumlah ini merupakan yang tertinggi sejak 1998 dan sebagian besar terjadi selama operasi polisi di
favela.
[Gambas:Video CNN]Sementara itu, seorang anggota polisi Minneapolis, Derek Chauvin, sudah ditahan dengan sangkaan pembunuhan tingkat tiga. Meski demikian, kematian Floyd membawa dampak besar termasuk kerusuhan dan penjarahan di sejumlah wilayah seperti Minneapolis, Atlanta, San Francisco, Miami, Kentucky, California dan Denver.
Solidaritas pun datang dari kalangan selebritas maupun atlet. Bahkan baru-baru ini sebanyak hampir 10 juta orang menandatangani petisi bertajuk 'Justice for George Floyd' di situs change.org.
(els/ayp)