Sindir Demo, Korut Sebut AS Tak Pantas Kritik China soal HAM

CNN Indonesia
Kamis, 04 Jun 2020 15:57 WIB
Ilustrasi Korea Utara
Ilustrasi bendera Korea Utara. (iStockphoto/narvikk)
Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Utara buka suara soal demonstrasi besar anti-rasisme yang tengah berlangsung di Amerika Serikat selama sembilan hari terakhir.

Menurut Pyongyang, pemerintahan Presiden Donald Trump tidak pantas mengkritik China atas isu Hong Kong atau hak asasi manusia ketika AS sendiri mengancam akan "melepaskan anjing" atau kekuatan aparat demi membungkam protes di dalam negeri.

Dalam artikel yang dimuat oleh salah satu surat kabar Korut, seorang juru bicara yang tak disebutkan identitasnya dari Departemen Hubungan Luar Negeri Partai Buruh Korea (WPK) mengkritik pernyataan terbaru Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam wawancara dengan Fox News akhir pekan lalu, Pompeo mengkritik China karena "bermaksud menghancurkan ide-ide, demokrasi, dan nilai-nilai Barat".


Ia juga menganggap Tiongkok "menempatkan orang Amerika dalam risiko." Pompeo turut mengungkap isu Hong Kong, perselisihan China-Taiwan, dan isu HAM.

"Pernyataan Pompeo soal Hong Kong, Taiwan, persoalan HAM, dan masalah perdagangan adalah "omong kosong" yang memfitnah kepemimpinan Partai Komunis China (CPC)," ucap jubir WPK tersebut seperti dilansir the Straits Times.

Merujuk kepada protes yang berlangsung dan kebrutalan polisi terhadap pedemo, pejabat Korut itu menganggap pernyataan Pompeo dan pejabat AS lainnya soal China menggambarkan kekhawatiran mereka tentang AS yang terus melemah.

"Para demonstran marah oleh sikap rasisme ekstrem yang memadati bahkan hingga Gedung Putih. Ini adalah kenyataan AS saat ini. Liberalisme dan demokrasi Amerika membiarkan polisi menghadapi demonstran dan bahkan mengancam melepaskan anjing untuk menindas (mereka)," ujar jubir WPK tersebut.


Media Korea Selatan menganggap pernyataan itu merupakan yang pertama dikeluarkan departemen urusan luar negeri WPK sejak Kim Jong-un memimpin Korut.

Amerika Serikat tengah dirundung demonstrasi besar yang dipicu oleh kematian warga kulit hitam asal Minneapolis, George Floyd.

Floyd meninggal pada 25 Mei lalu karena kehabisan napas setelah lehernya ditekan oleh lutut seorang petugas kepolisian AS yang tengah menangkapnya.

Kematian Floyd dinilai menjadi puncak amarah warga Amerika terkait diskriminasi dan sikap rasisme yang sistematis, terutama terhadap perlakuan aparat kepada warga kulit hitam dan minoritas.

Demonstrasi bermula di Minneapolis sehari setelah kematian Floyd dan meluas ke setidaknya 140 kota di penjuru AS. Beberapa protes diwarnai kerusuhan antara polisi dan pedemo. 


Gas air mata, semprotan merica, peluru karet hingga penembakan sempat digunakan aparat kepolisian di beberapa kota, termasuk Washington, untuk meredam pedemo yang menggelar protes secara damai.

Ketika isu rasisme di AS tengah menjadi perhatian dunia, Gedung Putih memberi hormat dan dukungan kepada para pengunjuk rasa di Lapangan Tiananmen, Beijing pada Rabu (4/6). 

Unjuk rasa itu berlangsung sebagai peringatan pembantaian yang dilakukan aparat Beijing terhadap para mahasiswa yang melakukan protes di Lapangan Tiananmen pada 1989 lalu demi menuntut reformasi demokrasi di Negeri Tirai Bambu.

Menlu Pompeo bahkan merilis foto dia bersama empat tokoh demonstrasi Tiananmen. (rds/dea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER