Koalisi militer Arab Saudi menghancurkan dua rudal balistik dan enam pesawat nirawak (drone) yang diluncurkan kelompok pemberontak Houthi di Yaman pada Senin (13/7).
Sejumlah rudal dan drone itu meluncur mengarah ke Arab Saudi.
"Rudal dan pesawat tak berawak diluncurkan oleh milisi Houthi yang didukung Iran dan menargetkan warga dan infrastruktur sipil Saudi," ucap juru bicara koalisi militer tersebut, Kolonel Turki Al-Maliki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Al-Maliki menambahkan serangan rudal dan drone itu diluncurkan dari ibu kota Yaman, Sanaa. Ia menuturkan milisi Houthi terus menggencarkan serangan udara ke Saudi dalam beberapa waktu terakhir.
Dikutip Gulf News, Al-Maliki menganggap pasukan koalisi berhasil menggagalkan hampir seluruh ancaman serangan udara Houthi tersebut melalui pantauan dari dalam wilayah yang dikontrol kelompok pemberontak itu.
Saudi telah lama menjadi sasaran puluhan serangan udara dari kelompok pemberontak Houthi pada 2019. Salah satu serangan itu mengenai situs tambang minyak raksasa Saudi, Aramco, yang menghancurkan setengah dari total produksi minyak negara.
Houthi mengklaim serangan ke situs Aramco itu, namun Amerika Serikat menuturkan ada campur tangan Iran dalam insiden itu, di mana rudal yang digunakan Houthi merupakan rudal jelajah milik Teheran.
Ketegangan antara Saudi dan Houthi terus memanas terutama dalam perang sipil di Yaman yang pecah sejak 2014 lalu.
Saudi mulai turun tangan dalam perang sipil di Yaman pada 2015 lalu demi membantu pemerintahan Presiden Abdu Rabu Mansour Hadi mendepak Houthi yang berhasil menguasai Ibu Kota Sanaa.
Perang sipil di Yaman diperkeruh ketika Iran dilaporkan mendukung kelompok Houthi. Konflik di Yaman pun disebut-sebut sebagai perang pion atau proxy war antara Saudi dan Iran di Timur Tengah.
Puluhan ribu rakyat Yaman meninggal akibat perang tersebut. Yaman bahkan didera krisis kelaparan dan wabah kolera sampai hari ini.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganggap konflik yang telah berjalan selama empat tahun di Yaman ini sebagai krisis kemanusiaan terburuk sepanjang sejarah.
Nahasnya, konflik di Yaman kerap kali terlupakan oleh komunitas internasional, terutama di masa pandemi virus corona (Covid-19) ini.
(rds/dea)