Jejak Racun di Antara Penentang dan Pembelot Rusia

CNN Indonesia
Jumat, 21 Agu 2020 23:47 WIB
Sejumlah tokoh oposisi dan pembelot dari Rusia mengalami insiden diracun yang membahayakan nyawa, bahkan berujung kematian.
Ilustrasi mata-mata. Sejumlah tokoh oposisi dan pembelot dari Rusia mengalami insiden diracun yang membahayakan nyawa, bahkan berujung kematian. (Istockphoto/tiero)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tokoh oposisi Rusia, Alexey Navalny, kini berada dalam kondisi koma diduga akibat diracun dan memicu kecurigaan bahwa ada pihak-pihak yang memang berniat menghabisinya.

Hal ini juga membuat pemerintah Rusia di bawah kepemimpinan Vladimir Putin semakin lekat dengan kesan tidak segan melenyapkan musuh politik dan pihak-pihak yang berseberangan.

Seperti dilansir CNN, Jumat (21/8), bukan kali ini saja Navalny berada dalam kondisi bahaya. Pada Juli 2019 lalu, Navalny juga sempat ditangkap polisi dan mengalami alergi yang diduga akibat keracunan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beruntung saat itu dia masih sadar dan langsung dirawat di rumah sakit. Akan tetapi, dokter yang merawat Navalny menyatakan tidak menemukan jejak racun apapun di tubuhnya.

Navalny juga mengungkap dalam wawancara bersama dengan jurnalis CNN, Matthew Chance, dua tahun lalu, bahwa siapapun yang bertentangan dengan pemerintah Rusia maka hanya akan dihadapkan pada dua situasi.

"Siapapun yang melakukan kegiatan menentang pemerintah bisa ditangkap atau dibunuh. Hal ini tidak membuat saya senang, tapi pilihannya hanya dua, Anda diam atau bicara. Meski dengan segala risikonya, saya melanjutkan aktivitas saya," kata Navalny saat itu.

Mereka yang diracun

Racun juga tidak luput dari insiden yang menimpa sejumlah orang yang dinilai mengusik dan membelot dari pemerintah Rusia.

Contohnya terhadap mendiang jurnalis Anna Poliskovskaya. Pada September 2004 dia mengaku minuman tehnya diracun dalam penerbangan menuju Rostov. Saat itu dia hendak meliput kejadian penyanderaan di sebuah sekolah di Beslan, Ossetia Utara.

Dalam tulisannya yang diterbitkan surat kabar The Guardian, Anna menyatakan dia merasa tidak enak badan 10 menit usai meminum teh di pesawat.

"Saya sadar saat itu harus memanggil pramugari, tetapi saya langsung kehilangan kesadaran," tulis Anna.

Anna lantas dibawa ke rumah sakit. Saat siuman, seorang perawat mengatakan kepadanya bahwa dia diracun.

Dua tahun kemudian Anna menemui ajal akibat dibunuh saat kembali ke Moskow.

Kasus lain yang melibatkan racun adalah kematian mantan agen mata-mata Rusia, Alexander Litvinenko, pada 2006 di London. Dari hasil penyelidikan intelijen Inggris, Litvinenko tewas akibat diracun menggunakan zat polonium-210 dengan kadar radioaktif tinggi.

Diduga Litvinenko diracun saat minum-minum di bar hotel tempatnya menginap oleh dua agen mata-mata Rusia. Putin dan pemerintah Rusia dituduh dalang di balik kejadian itu, tetapi membantah.

Selain Litvinenko, mantan mata-mata militer Rusia (GRU), Sergei Skripal, dan anaknya, Yulia, juga diracun ketika berada di kota Salisbury, Inggris. Sergei dan Yulia selamat dari kejadian itu setelah dirawat.

Dari hasil penyelidikan, pemerintah Inggris menemukan fakta bahwa keduanya diracun menggunakan zat saraf novichok. Sang pembunuh diduga adalah agen mata-mata yang dikirim Rusia.

Akan tetapi, Rusia tetap membantah tuduhan itu.

Selain Navalny, aktivis Rusia, Vladimir Kara-Murza, juga dilaporkan sempat diracun pada 2015. Dua tahun kemudian dia tiba-tiba jatuh sakit dan diduga akibat diracun.

Kara-Murza adalah tokoh yang gencar mengkritik Putin. Namun, pemerintah Rusia membantah tuduhan meracun Kara-Murza.

(cnn/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER