Pemerintah Amerika Serikat mengancam akan menjatuhi sanksi bagi negara dan entitas yang menyediakan bahan baku dan peralatan untuk mendukung misi pengembangan rudal balistik Korea Utara.
Departemen Keuangan, Perdagangan, dan Luar Negeri AS merinci adanya upaya berkelanjutan yang dilakukan Korut untuk mendapatkan bahan baku pengembangan rudal balistik.
Bahan baku yang dimaksud meliputi truk kehutanan untuk peluncur rudal hingga logam dan bahan baku lain yang digunakan untuk pengembangan roket. AS memperingatkan agar penyedia bahan baku mewaspadai sanksi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Amerika Serikat berkomitmen untuk mengacaukan jaringan pendanaan rudal balistik Korea Utara dan akan menjatuhi sanksi bagi entitas dan individu yang membantu atau memberikan dukungan terhadap program rudal balistik Korut," kata Departemen Keuangan dalam keterangan resminya seperti dilansir AFP.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan program pengembangan rudal balistik Pyongyang bisa menimbulkan 'ancaman serius bagi stabilitas regional dan global'.
Ancaman ini muncul setelah AS dan Korea Utara batal mencapai kesepakatan dalam program denuklirisasi. Pemerintahan Kim jong-un mengklaim tidak lagi merundingkan masalah pelucutan senjata nuklir (denuklirisasi) dalam proses negosiasi pencabutan sanksi ekonomi dengan AS.
Duta Besar Korut untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Kim Song pada akhir 2019 lalu, menyatakan keputusan itu diambil untuk menyiasati supaya AS mau mengikuti kemauan mereka karena dianggap mengulur waktu.
"Kami tidak akan berdialog panjang lebar dengan AS dan kini masalah denuklirisasi juga tidak akan dibahas lagi," kata Kim di New York, AS pada awal Desember 2019 lalu.
AS menjatuhkan serangkaian sanksi ekonomi kepada Korut karena melakukan program pengembangan senjata nuklir. Presiden AS, Donald Trump, dan Kim Jong-un sudah dua kali bertemu untuk berunding di Singapura dan Vietnam
Akan tetapi, negosiasi terakhir di Vietnam pada Februari 2019 tidak menghasilkan kesepakatan apapun. Dan setelah itu Korea Utara kembali meningkatkan ketegangan melalui serangkaian uji coba rudal.
Korea Utara juga dijatuhi serangkaian sanksi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa terkait program nuklir dan misil.
Pyongyang dan Washington memulai kembali pembicaraan nuklir di Swedia. Akan tetapi, lagi-lagi gagal menemui kata sepakat. Bahkan usai pertemuan itu, Korea Utara menyatakan tidak akan melanjutkan perundingan nuklir dengan AS kecuali mereka mengambil langkah untuk mengakhiri permusuhan.
(evn)