Wali Kota Portland, Oregon, Amerika Serikat Ted Wheller menginstruksikan polisi untuk menghentikan penggunaan gas air mata untuk mengendalikan aksi unjuk rasa.
Larangan ini dikeluarkan setelah pemerintah kota menganggap penggunaan gas air mata sebagai sebuah ancaman bagi keselamatan para pedemo.
"Sudah waktunya bagi semua orang untuk mengurangi kekerasan di komunitas kita. Kita semua menginginkan perubahan. Kita semua memiliki kesempatan dan kewajiban untuk menciptakan perubahan," ujar Wheeler dalam sebuah rekaman singkat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita semua ingin fokus pada masalah fundamental yang ada (yakni) keadilan bagi orang kulit hitam dan semua orang dari (kulit) berwarna," lanjutnya.
Melansir AFP, dia menambahkan bahwa dirinya telah menginstruksikan Kepolisian Portland agar menghentikan penggunaan gas air mata untuk mengendalikan massa.
Wheeler mengatakan selama 100 hari terakhir, polisi di Portland dan negara bagian mengandalkan gas air mata saat berhadapan dengan pedemo.
Pengunjuk rasa dan aktivis anti-fasis sempat mengkritik Wheeler karena gagal memenuhi komitmennya untuk mengurangi diskriminasi rasial dan kebrutalan polisi terhadap ras minoritas.
Portland menghadapi demonstrasi menentang rasisme dan kebrutalan polisi selama lebih dari seratus hari.
Aksi protes yang terus berlangsung setiap malam, terjadi di berbagai tempat di Portland, tak terkecuali di daerah pemukiman. Aksi protes itu kerap berakhir dengan awan tebal gas air mata yang disemprotkan polisi.
Lihat juga:5 Kota di Oregon Hancur akibat Karhutla |
Gelombang aksi unjuk rasa anti-rasisme terus terjadi di Portland usai kasus pembunuhan dan kekerasan polisi yang menewaskan seorang lelaki kulit hitam, George Floyd. Serangkaian aksi unjuk rasa kerap berakhir rusuh hingga berujung pihak kepolisian menembakkan gas air mata dan menangkap pedemo.
Pada 5 September, polisi membubarkan kerumunan dengan rentetan gas air mata. Akibatnya, ratusan warga dilaporkan menemukan bau gas merembes hingga ruang keluarga dan kamar tidur rumah mereka. Wheeler pun menuai banyak kecaman lantaran dianggap tidak mampu memberikan instruksi jelas agar polisi tidak melakukan hal tersebut.
(ans/evn)