Diplomasi yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dinilai patut diacungi jempol karena dianggap berhasil mencegah peperangan di antara kedua negara untuk saat ini.
Pernyataan itu disampaikan oleh jurnalis senior surat kabar The Washington Post, Bob Woodward.
"Hal itu menjadi percobaan diplomasi yang menarik, sebab kita tahu lazimnya kita akan mengirim utusan dari kedua belah pihak dan menggelar pertemuan antara kedua pemimpin. Trump merasa hal itu berhasil. Kita tidak dalam berperang merujuk pada norma umumnya, kita harus mengakui kemampuan Trump. Setidaknya sampai saat ini tidak terjadi perang," kata Woodward dalam jumpa pers peluncuran buku karyanya, Rage, seperti dilansir kantor berita Korea Selatan, Yonhap News Agency, Jumat (18/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi, di dalam buku itu, Woodward menilai gaya kepemimpinan tidak layak untuk bagi AS.
"Ketika kita melihat kemampuannya secara keseluruhan, saya sampai pada sebuah kesimpulan: Trump adalah orang yang keliru untuk pekerjaan ini," tulis Woodward.
Menurut Woodward, bahasa diplomasi yang digunakan Trump dan Kim Jong-un adalah gaya diplomasi tradisional, yang seolah mirip dengan gaya para petinggi negara di masa lampau.
"Kita tidak tahu akan mengarah ke mana hubungan antara Trump dan Kim Jong-un, sebab Pemimpin Korut saat ini tidak baik. Ada banyak ketegangan, jadi kita nantikan saja," ujar Woodward.
Sampai saat ini Trump dan Kim Jong-un sudah tiga kali bertemu. Yaitu di di Singapura pada 2018, di Vietnam pada 2019, dan terakhir di Zona Demiliterisasi yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan pada 30 Juni 2019 lalu.
Meski begitu, dialog antara kedua negara terkait rencana pencabutan sanksi dan pelucutan senjata nuklir masih buntu sampai saat ini.
Banyak pihak berharap Trump dan Kim Jong-un akan meneken kesepakatan sebelum pemungutan suara pemilihan presiden AS digelar pada 3 November mendatang.
(yonhap news agency/ayp)