Presiden Iran Pidato Berapi-api Kecam AS di Sidang Umum PBB

CNN Indonesia
Rabu, 23 Sep 2020 19:00 WIB
Presiden Iran, Hassan Rouhani, mendesak supaya AS tidak terus-terusan membuat negaranya kesulitan dalam pidato di Sidang Majelis Umum PBB.
Presiden Iran, Hassan Rouhani, saat berpidato di Sidang Majelis Umum ke-75 Perserikatan Bangsa-Bangsa. (UNTV via AP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Iran, Hassan Rouhani, mendesak supaya Amerika Serikat tidak terus-terusan membuat negaranya kesulitan dalam pidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Rouhani menyampaikan pidato dengan tekanan suara yang tinggi dan berapi-api.

Dia mengatakan hal itu hanya beberapa hari setelah mata uang Iran jatuh ke level terendah terhadap dollar AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adanya sanksi AS terhadap Iran terkait kesepakatan nuklir disebut jadi penyebab hal tersebut. Presiden AS, Donald Trump, diketahui telah keluar dari kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia di 2018.

Kesepakatan itu terjadi di masa kepemimpinan Barrack Obama. Sanksi itu kemudian secara efektif melarang Iran menjual minyak bumi secara global.

"Amerika Serikat tidak dapat memaksakan negosiasi atau perang terhadap kami," kata Rouhani, seperti dilansir Associated Press, Rabu (23/9).

"Hidup sulit di bawah sanksi. Namun, lebih sulit adalah hidup tanpa kemerdekaan," tuturnya.

Rouhani membandingkan penderitaan yang tengah diderita negaranya dengan yang dialami oleh mendiang George Floyd dan kalangan kulit hitam yang meninggal karena dianiaya oleh polisi di AS. Menurut Rouhani, kejadian yang menimpa Floyd persis seperti yang tengah dialami Iran.

"Kami langsung mengenali kaki yang berlutut di leher sebagai kaki arogansi di leher negara-negara merdeka," ucap Rouhani.

Rohani menegaskan bahwa negaranya tidak pantas mendapatkan sanksi, dan menggambarkan AS gemar ikut campur dalam banyak masalah di dunia.

Presiden AS, Donald Trump, kembali menyatakan menjatuhkan sanksi kepada Iran.

Hal tersebut dilakukan karena Iran dinilai tidak mematuhi kesepakatan nuklir 2018. Namun, keputusan AS dinilai tidak sah oleh sebagian negara anggota PBB.

Meski begitu, upaya diplomatik di Eropa gagal mempertahankan kesepakatan tersebut. Di sisi lain, Iran terus melanggar pembatasan jumlah pengayaan uranium.

Sanksi AS dan wabah virus corona telah menghantam perekonomian Iran. Pada Maret lalu, Iran mengajukan pinjaman USD5 miliar kepada Dana Moneter Internasional (IMF).

Peminjaman itu menjadi yang pertama kalinya sejak Revolusi Islam 1979 di Iran.

Di Iran, terdapat lebih dari 429 ribu kasus positif corona, sebanyak 24 ribu orang di antaranya meninggal. Jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah karena Iran tidak menerapkan penguncian wilayah guna mencegah perekonomian mereka terpuruk.

(ndn/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER