Sepekan usai kesepakatan normalisasi, salah satu pesawat maskapai komersial dari Israel untuk pertama kali mendarat di Bahrain.
Penerbangan komersial ini menjadi yang pertama kali terjadi dalam sejarah.
AFP melaporkan pesawat itu mendarat pada Rabu (23/9). Data penerbangan menunjukkan maskapai itu adalah Israir Airlines dengan pesawat Airbus A320.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pesawat itu mendarat di Bandara Internasional Bahrain setelah penerbangan hampir tiga jam dari Bandara Internasional Ben-Gurion, Tel Aviv, Israel.
Belum ada konfirmasi terkait penerbangan komersial tersebut. Padahal Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sudah melakukan perbincangan dengan Putra Mahkota Bahrain, Salman bin Hamad Al Khalifa, melalui telepon pada Selasa (22/9).
Israel-UEA-Bahrain telah menandatangani perjanjian normalisasi hubungan diplomatik pada 15 September di Gedung Putih, Washington D.C., Amerika Serikat.
Kesepakatan itu sangat bersejarah karena selama ini negara-negara Timur Tengah yang tergabung dalam Liga Arab menolak hubungan diplomatik dengan Israel demi membela Palestina.
Sebelum Bahrain dan Uni Emirat Arab, Israel baru berdamai dengan Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994.
Israel dan UEA diketahui sudah sejak lama memelihara hubungan terselubung. Gagasan untuk meresmikannya muncul beberapa kali dalam setahun belakangan, hingga akhirnya mewujud dalam beberapa bulan terakhir.
Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, mengatakan bahwa perjanjian normalisasi hubungan diplomatik itu menjadi hari berkabung bagi dunia Arab.
"Kita akan menyaksikan hari berkabung dalam sejarah dunia Arab, kekalahan lembaga Liga Arab, yang tidak bersatu tapi terpecah," ujarnya pada pertemuan mingguan kabinet Palestina, seperti dilansir pada 15 September lalu.
"Ini akan menjadi tanggal lain untuk menambah kalender penderitaan Palestina," lanjutnya. Dia pun menambahkan PA harus memperbaiki hubungan dengan Liga Arab.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, berharap Palestina dan Israel mengambil kesempatan negosiasi perdamaian, menyusul momentum perjanjian diplomatik antara Israel dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain.
![]() |
Perjanjian tersebut mengakibatkan penangguhan aneksasi Israel atas wilayah yang diinginkan Palestina untuk negara masa depan.
"Aneksasi telah ditangguhkan, dan kami yakin inilah saat yang penting bagi Palestina dan Israel untuk memulai kembali dialog mereka guna menemukan solusi politik yang sejalan dengan resolusi Dewan Keamanan," katanya dalam konferensi pers, dilansir Associated Press, 17 September lalu.
(ayp)