Jejak Konflik Panjang Armenia-Azerbaijan

CNN, Zee News | CNN Indonesia
Selasa, 29 Sep 2020 07:56 WIB
Armenia-Azerbaijan kembali terlibat konflik pada Senin (28/9) dini hari yang menewaskan puluhan orang. Bentrokan ini disebut sebagai yang terbesar sejak 2016.
Konflik Armenia-Azerbaijan kembali pecah pada Senin (28/9). (AP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Konflik antara Armenia dan Azerbaijan yang terjadi di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh pada Senin (28/9) dini hari sejauh ini menewaskan puluhan tentara dan warga sipil, serta ratusan lainnya luka-luka.

Hingga saat ini belum diketahui motif yang memicu pertempuran antara kedua negara. Namun konflik kali ini disebut sebagai bentrokan terbesar yang pernah terjadi sejak 2016.

Berdasarkan catatan otoritas Nagorno-Karabakh, penembakan tepatnya terjadi di ibu kota wilayah Stepanakert dan kota Martakert dan Martuni.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melansir CNN, Armenia mengatakan pihaknya menanggapi serangan rudal yang diluncurkan Azerbaijan pada Minggu (27/9). Sementara Azerbaijan menyalahkan Armenia atas bentrokan tersebut.

Menanggapi dugaan penembakan proyektil oleh Azerbaijan, Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan menulis di Twitter-nya bahwa negaranya telah "menembak jatuh dua helikopter dan tiga UAV, (juga) menghancurkan tiga tank".

Sebagai akibat dari ketegangan yang meningkat, pemerintah Armenia memutuskan memberlakukan darurat militer dan memerintahkan "mobilisasi umum".

Keputusan serupa turut diambil Azerbaijan. Parlemen memutuskan memberlakukan darurat militer, yang efektif mulai tengah malam dan Presiden Ilham Aliyev menyetujui keputusan itu.

Sebelumnya Armenia mengklaim bahwa Azerbaijan menargetkan warga sipil di ibu kota Republik Artsakh, Stepanakert.

Seorang pejabat Artsakh mengatakan seorang ibu dan anak terbunuh dalam serangan tersebut. Dia juga mengatakan lusinan orang terluka dan kerusakan infrastruktur yang besar telah terjadi.

"Azerbaijan sengaja menargetkan objek sipil," ujarnya.
Tapi Azerbaijan justru menyarankan Armenia bertanggung jawab atas gejolak terbaru antara kedua negara tersebut.

Asisten Presiden Republik Azerbaijan, Hikmet Hajiyev, menuduh Armenia melakukan "tindakan agresi dan penggunaan kekuatan". Dia menambahkan bahwa "kepemimpinan politik-militer Armenia memikul tanggung jawab penuh".

Menurut kantor berita negara Azerbaijan, APA, setidaknya lima orang dalam satu keluarga tewas akibat tembakan artileri oleh angkatan bersenjata Armenia pada Minggu.

Sejauh ini, 19 warga sipil terluka dan dirawat di rumah sakit setelah bentrokan tersebut dan setidaknya 14 warga sipil di desa-desa di sepanjang perbatasan terluka akibat tembakan artileri dan tank.

CNN tidak dapat memverifikasi klaim dari kedua belah pihak secara independen. Dalam beberapa bulan terakhir, konflik antara kedua pihak terus meningkat.

Pada 2016, puluhan tentara dari kedua negara tewas dalam bentrokan. Kemudian dua tahun sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB saat itu, Ban Ki-moon mendesak Armenia dan Azerbaijan "berkomitmen segera pada deeskalasi dan melanjutkan dialog" setelah adanya laporan kekerasan dan korban di sepanjang perbatasan.

Wilayah Nagorno-Karabakh diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, tapi wilayah itu diperintah oleh kelompok mayoritas etnis Armenia.

Pada Minggu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyuarakan dukungan untuk Azerbaijan. Dia mengklaim bahwa Armenia adalah "ancaman terbesar bagi perdamaian dan keamanan di kawasan itu".

"Bangsa Turki terus mendukung saudara-saudari Azerbaijan dengan segala cara, seperti yang selalu dilakukan," cuit Erdogan di Twitter.

Menurut pernyataan dari Kremlin dan Kantor Perdana Menteri Armenia, Presiden Rusia Vladimir Putin telah membahas eskalasi dengan Perdana Menteri Armenia Pashinyan melalui panggilan telepon.

Pernyataan Kremlin mengatakan Putin menyatakan keprihatinannya atas bentrokan tersebut.

Sementara itu, Amerika Serikat mengatakan "khawatir" dengan laporan aksi militer antara Armenia dan Azerbaijan. menurut pernyataan Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus, AS mendesak kedua belah pihak segera menghentikan permusuhan.

Konflik sejak dua dasawarsa

Melansir ZEE News, Senin (28/9), perselisihan antara Armenia dan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh sudah terjadi sejak dua dasawarsa lalu dan merupakan sisa-sisa warisan Uni Soviet.

Komunitas internasional mengakui Nagorno-Karabakh sebagai bagian integral dari Azerbaijan, sementara etnis Armenia membentuk mayoritas populasi di wilayah tersebut.

Komunitas global sudah menggaungkan gencatan senjata dan mendesak Rusia dan Turki untuk meredakan situasi untuk menghindari krisis besar.

Bentrokan antara dua negara bekas Republik Soviet pada Minggu tersebut merupakan gejolak terbaru dari konflik berkepanjangan di Nagorno-Karabakh sejak 1990-an dan sempat selesai pada 1994.

Meskipun konflik berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia, pertempuran militer antara kedua belah pihak tak jarang masih terjadi.

(ans/evn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER