Mantan Menteri Unifikasi Korea, Kim Yeon-chul mengatakan, Korea Utara bisa menguji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) dan senjata baru lainnya tergantung pada hasil pemilihan presiden Amerika Serikat.
Kim mengatakan untuk mengerahkan senjata yang baru dipamerkan dalam parade militer, Pyongyang perlu menguji coba terlebih dahulu.
"Mereka kemungkinan akan melihat ke dalam berbagai keadaan (sebelum menguji senjata), dan yang paling penting bagi mereka adalah hasil pemilihan presiden AS," kata Kim pada Senin (12/10) seperti dilansir kantor berita Yonhap.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil pemilu AS menurutnya akan memengaruhi kelanjutan kesepakatan denuklirisasi. Jika Joe Biden memenangkan pilpres, kemungkinan ia akan menerapkan kebijakan 'kesabaran strategis' seperti mantan Presiden Barack Obama.
Ia juga mengatakan jika AS dan Korut bisa kembali melanjutkan kesepakatan denuklirisasi yang sempat menemui jalan buntu usai pertemuan antara Kim Jong-un dan Donald Trump di Hanoi pada Februari 2019.
Untuk itu, ia mengatakan perlu 'menjaga periode transisi' secara stabil saat pemilu AS pada November hingga kongres Partai Buruh Korut pada Januari 2021 nanti.
Korea Utara pada Sabtu (10/10) pagi mengadakan pawai militer besar-besaran yang memamerkan rudal antarbenua (ICBM) serta sejumlah senjata generasi terbaru dan tercanggih mereka. Pawai tersebut diadakan bersamaan dengan peringatan 75 tahun Partai Buruh berkuasa.
Rudal ICBM yang baru dipamerkan lebih besar dari versi sebelumnya dan diyakini bisa menyerang bagian mana pun di Amerika Serikat. Selain rudal, Korut juga pamer kapal selam (SLBM) baru.
Menurut seorang profesor studi Korea di Tufts University di Amerika Serikat, Sung-yoon Lee, peringatan hari jadi Partai Buruh juga diartikan bahwa Korea Utara memiliki kebutuhan politik dan strategis untuk melakukan sesuatu yang lebih besar.
"Menampilkan senjata paling canggihnya akan menandakan langkah maju yang besar dalam kemampuan ancaman Pyongyang yang kredibel", katanya.
Aksi Korut memamerkan senjata militer barunya menuai respons dari AS, Korsel, dan Jepang. Mereka mengaku kecewa dengan sikap Korut, sembari tetap mewaspadai pergerakan Pyongyang.
(evn)