Topan Goni menghantam Filipina pada Minggu (1/11), sesuai dengan yang sebelumnya diprediksikan oleh para ahli. Hingga saat ini, kurang lebih sebanyak 1 juta warga Filipina telah dievakuasi.
Melansir AFP, topan terkuat ini melanda Pulau Catanduanes pada pukul 4.50 pagi waktu setempat. Para ahli mengatakan, kecepatan angin maksimum mencapai 225 km/jam.
"Situasi ini sangat berbahaya untuk area ini," ujar para ahli.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Topan Goni menambah rentetan bencana alam di Filipina dalam sebulan ini. Pekan lalu, Topan Molave juga menghantam wilayah yang sama dan menewaskan 22 orang. Molave juga mengakibatkan banjir yang merendam sejumlah desa di dataran rendah dan lahan pertanian.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Filipina memperkirakan topan Goni bakal menghantam ujung tenggara pusat pulau Luzon.
Juru Bicara Dewan Manajemen dan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Mark Timbal mengatakan bahwa pihak berwenang telah meningkatkan antisipasi di wilayah Bicol, tenggara Manila, serta mengatur transportasi, logistik, dan kelengkapan tim tanggap darurat jelang topan Goni.
Sementara itu, Juru Bicara Pertahanan Sipil Daerah Alexis Naz mengaku upaya evakuasi yang kini tengah berjalan cukup sulit dilakukan lantaran terjadi di tengah pandemi. Protokol kesehatan yang meliputi jaga jarak fisik bakal sulit diterapkan di tengah minimnya jumlah fasilitas evakuasi.
Filipina menjadi salah satu negara yang rawan akan hantaman badai. Rata-rata sebanyak 20 badai menerjang Filipina setiap tahunnya, mengakibatkan gagal panen, kerusakan rumah dan infrastruktur, hingga memicu kemiskinan.
Topan Haiyan menjadi salah satu yang paling mematikan yang pernah tercatat di Filipina. Badai ini memicu gelombang raksasa di pusat kota Tacloban dan menyebabkan lebih dari 7.300 orang tewas atau hilang pada 2013 lalu.
(adp/asr)