Mengenal Electoral College, Penentu Kemenangan di Pilpres AS

CNN Indonesia
Senin, 02 Nov 2020 13:30 WIB
Pemilu AS memiliki sistem berbeda. Bila biasanya pemenang dalam pemilu ditentukan melalui jumlah suara terbanyak, namun berbeda dengan di AS.
Ilustrasi pemilu AS. (AFP/BRENDAN SMIALOWSKI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pilpres AS 2020 yang mempertemukan petahana Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden akan digelar pada 3 November mendatang.


Melansir Euronews, pemilu AS memiliki sistem berbeda. Bila biasanya pemenang dalam pemilu ditentukan melalui jumlah suara terbanyak, namun berbeda dengan di AS.

Pemenang pilpres AS tidak ditentukan oleh kandidat yang memperoleh suara terbanyak. Sebaliknya, Electoral College di masing-masing negara bagian menentukan hasil dalam sistem pemenang kontroversial, "sistem pemenang mengambil semua (winner-takes-all system)".
 
Electoral College dan cara kerjanya
 
Electoral College adalah sekelompok pemilih yang mewakili masing-masing dari 50 negara bagian di AS untuk memilih seorang presiden dan wakil. Sekelompok pemilih tersebut ditentukan oleh setiap negara bagian.
 
Electoral College sendiri dilakukan setelah pemilihan popular vote dilakukan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jumlah pemilih Electoral College tergantung dari luas wilayah negara bagian dan populasinya. Negara bagian California adalah yang terbanyak dengan 55 orang pemilih electoral. Sistem yang berlaku adalah winners-take-all atau pemenang mendapat semua pemilih electoral.
 


Setiap negara bagian memiliki sejumlah pemilih berdasarkan populasinya. Para pemilih biasanya akan mendukung kandidat mana pun yang memenangkan suara terbanyak di negara bagian mereka.
 
Jadi, siapa pun yang memenangkan suara populer di California akan mendapatkan 55 suara Electoral College untuk ditambahkan ke penghitungan kandidat.

Misalnya pasangan calon presiden A mendapatkan 8 juta suara di California. Sementara calon presiden B mendapat 7,5 juta suara. Maka calon presiden A berhak atas 55 orang pemilih electoral yang akan maju ke Electoral College.

Biasanya pemilih electoral terdiri dari pemimpin partai setempat, pejabat pemerintah, atau tokoh yang memiliki kedekatan dengan calon presiden.
 
Electoral College terdiri dari 538 pemilih yang terpilih dalam pemilihan umum sebelumnya. Calon presiden yang mendapatkan mayoritas 270 suara dalam tahap ini akan memenangkan pemilu presiden.

Namun tidak diatur secara tegas di Konstitusi bahwa pemilih electoral harus memilih calon presiden yang sebelumnya mereka dukung. Tidak selamanya calon yang menang pemilu populer berakhir menjadi presiden AS, terutama karena terganjal di Electoral College.

Total ada 538 pemilih. Jumlah itu terdiri dari perwakilan AS sebanyak 435, ditambah jumlah Senator AS sebanyak 100, dan ditambah tiga pemilih tambahan untuk ibu kota Washington DC.
 
Swing states
 
Hanya ada dua partai politik utama di AS, yakni Partai Demokrat yang berhaluan kiri dan Partai Republik konservatif.
 
Sebagian besar negara bagian secara konsisten memilih dengan satu atau lain cara, sehingga menyisakan hanya beberapa negara bagian dengan status "swing". Capres cenderung memfokuskan sebagian besar kampanye mereka pada negara-negara bagian berstatus "swing" tersebut.
 


Tahun ini, negara-negara bagian seperti Pennsylvania, Michigan, Wisconsin, Florida, Iowa, dan Ohio dianggap sebagai medan pertempuran untuk memperoleh suara.
 
Sementara negara-negara bagian yang biasanya memilih Republik seperti Arizona, North Carolina, dan Georgia, juga dianggap sebagai medan pertempuran potensial tahun ini.
 
Kontroversi
 
Profesor Ilmu Politik di University of Delaware, David Redlawsk mengatakan Electoral College memberikan "negara bagian kecil lebih banyak kekuasaan dalam memilih presiden dibandingkan dengan negara bagian besar".
 
Selain itu, dia menambahkan, di bawah "winner-takes-all", siapa pun yang memberikan suara untuk capres yang tidak memenangkan negara bagian pada dasarnya ia tidak terwakili.
 
Itulah mengapa capres di AS bisa memenangkan suara populer tapi kalah dalam pemilu.

Itu terjadi pada George W. Bush dalam pemilu tahun 2000. Bush kalah dalam pemilu melawan Al Gore yang mendapat 51 persen suara. Namun Bush menang di Electoral College dengan 271 melawan 266.

Kemudian pada 2016, Donald Trump menang dengan 304 suara elektoral meskipun Hillary Clinton memenangkan hampir tiga juta lebih suara.
 
Meskipun tidak populer di kalangan pemilih Amerika, bagaimana pun juga sistem tersebut tidak mungkin berubah karena Kongres harus mengubah Konstitusi dan dua pertiga dari kedua kamar Kongres harus menyetujui hal itu terjadi.

(ans/dea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER