Pilpres AS dan Karma Trump di Arizona

CNN Indonesia
Kamis, 05 Nov 2020 15:04 WIB
Buruknya perolehan suara capres petahana AS, Donald Trump, di Arizona diduga imbas dari sikapnya selama ini.
Calon presiden petahana Amerika Serikat, Donald Trump. (AP/Andrew Harnik)
Jakarta, CNN Indonesia --

Perolehan suara calon presiden petahana Amerika Serikat, Donald Trump, di negara bagian Arizona dilaporkan bakal kalah dari pesaingnya, Joe Biden.

Padahal, Arizona adalah salah satu basis suara Partai Republik yang mendukung Trump.

Biden saat ini sedang memimpin perolehan suara di negara bagian Arizona, dalam proses penghitungan yang masih berlangsung. Keduanya bertarung memperebutkan sebelas suara elektoral dari negara bagian itu untuk bisa lolos ke Gedung Putih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti dilansir CNN, Kamis (5/11), jika ditarik mundur, ternyata hal itu salah satunya disebabkan oleh sikap Trump.

Beberapa waktu lalu sempat tersiar kabar Trump mencemooh mendiang mantan Senator Republik dari Arizona, John McCain, sebagai seorang pecundang. Menurut pengakuan tiga orang sumber, ketika McCain wafat pada Agustus 2018 akibat kanker otak, Trump mengatakan kepada staf khusus bahwa dia menolak hadir di pemakaman McCain.

Ketiga sumber itu mengatakan saat itu Trump mengatakan, "Kita tidak akan membantu pemakaman si pecundang itu".

Sumber itu kemudian mengatakan bahwa Trump bahkan murka ketika staf protokol Gedung Putih menurunkan bendera setengah tiang untuk menghormati kematian McCain.

Menurut para sumber, saat itu Trump mengatakan, "Untuk apa kita melakukan itu? Dia kan cuma pecundang".

Kabar itu lantas ditulis dalam artikel yang kemudian diterbitkan oleh majalah AS, The Atlantic.

Setelah pemberitaan itu merebak, Trump kemudian memberikan bantahan melalui cuitan di Twitter.

Saat itu dia mengatakan justru menyetujui untuk menurunkan bendera setengah tiang hingga mengutus pesawat kepresidenan AS, Air Force One, untuk membawa jasad McCain dari kediamannya di Arizona menuju Washington D.C., untuk proses upacara penghormatan.

"Sebuah kehormatan bagi saya melakukan hal itu. Dan juga saya tidak pernah menyebut John sebagai pecundang dan saya berani bersumpah, atas nama siapapun, bahwa saya menyebut seluruh prajurit AS yang meninggal sebagai pahlawan. Itu hanya berita bohong yang menjijikkan dan dibuat-buat karena cemburu untuk mempengaruhi pilpres 2020," cuit Trump saat itu.

McCain pernah berdinas sebagai tentara di Angkatan Laut AS. Dia saat itu bertugas menjadi pilot pesawat tempur.

Saat Perang Vietnam berkecamuk, McCain juga dikirim ke garis depan. Namun, saat dia terlibat dalam Operasi Rolling Thunder di Hanoi pada 1967, pesawat pembom yang dikemudikannya ditembak jatuh.

McCain selamat meski luka parah. Namun, dia berhasil ditangkap oleh pasukan Vietnam Utara.

Selama menjadi tawanan perang, McCain dilaporkan disiksa habis-habisan.

Akibat luka-luka saat pesawatnya jatuh dan penyiksaan, McCain mengalami cacat hingga akhir hayatnya.

McCain kemudian dibebaskan pada 1973. Delapan tahun kemudian dia memutuskan pensiun dari dinas Angkatan Laut AS, lalu pindah ke Arizona dan mulai terjun ke dunia politik bergabung dengan Partai Republik.

Perseteruan Trump dan McCain sudah memanas ketika keduanya bersaing dalam konvensi bakal capres Partai Republik pada 2015. Trump menuduh McCain sebagai capres yang gemar perang.

Infografis Prediksi Kebijakan Donald Trump(CNNIndonesia/Basith Subastian)

Selain itu, Trump menuduh McCain tidak loyal karena menolak menyetujui pembatalan jaminan kesehatan nasional AS, atau dijuluki Obamacare, bersama dengan Senator Republik dari Alaska, Lisa Murkowski, dan Senator Republik dari Maine, Susan Collins.

Sikap Trump itu membuat janda McCain, Cindy McCain, kecewa. Dia lantas memutuskan mendukung Biden pada pilpres AS tahun ini.

Saat ditanya mengapa dia melakukan hal itu, Cindy mengatakan dia menilai Trump tidak punya karakter, integritas dan nilai moral.

Ketua Komite Nasional Republik, Ronna McDaniel, dan mantan manajer Kampanye Trump, Brad Parscale, disebut sudah menyarankan supaya klien mereka semakin gencar berkampanye di Arizona. Namun, saran tersebut ditolak.

Beberapa pihak menilai langkah Trump yang menghambur-hamburkan banyak uang di sebelum pandemi membuat upaya kampanye di Wisconsin, Michigan dan Nevada tidak maksimal.

(ayp/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER