Azerbaijan mengatakan pihaknya setuju memperpanjang tenggat waktu bagi Armenia untuk menarik diri dari daerah sengketa, Nagorno-Karabakh. Perpanjangan tenggat waktu diberikan sebagai bagian dari kesepakatan damai yang mengakhiri pertempuran sengit selama enam pekan.
Pada hari-hari menjelang batas waktu penarikan awal pada Minggu (15/11), penduduk distrik Kalbajar di Azerbaijan yang dikendalikan oleh separatis Armenia sejak 1990-an memulai eksodus massal.
Penasihat kebijakan luar negeri Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, Hikmet Hajiyev mengatakan negaranya telah memperpanjang tenggat waktu karena pertimbangan kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hajiyev mengatakan penarikan "angkatan bersenjata Armenia dan pemukim ilegal Armenia" ditunda hingga 25 November menyusul seruan dari Armenia dan mediasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Pemukiman Kalbajar (yang dikendalikan) oleh orang Armenia adalah ilegal. Orang-orang yang dimukimkan kembali di sana tidak memiliki hak properti," kata Hajiyev dalam konferensi pers.
Kalbajar hampir secara eksklusif dihuni oleh etnis Azerbaijan sebelum mereka diusir oleh orang-orang Armenia dalam perang 1990-an antara kedua negara di Nagorno-Karabakh, dan mayoritas rumah yang ditinggalkan sebelumnya adalah milik orang Azerbaijan.
Selama akhir pekan, jurnalis AFP melihat warga mengangkut apa pun yang bisa mereka bawa, termasuk furnitur, pintu, dan jendela.
Selain itu, tidak sedikit warga di desa Kalbajar, Charektar yang memutuskan untuk membakar rumah mereka sebelum ditinggal pergi. Lusinan rumah dibakar oleh pemiliknya agar tidak bisa dihuni oleh orang Azerbaijan.
"Kami juga memindahkan kuburan orangtua kami. Orang-orang Azerbaijan akan sangat senang menodai kuburan kami. Itu tak tertahankan," kata seorang warga Charektar.
Desa itu tampak seperti daerah berhantu dengan hanya menyisakan bangunan hangus, rumah roboh, furnitur rusak, dan sampah berserakan,
Sementara itu, pasukan perdamaian Rusia yang dikerahkan ke Karabakh telah mendirikan pos pemeriksaan di pusat administrasi wilayah Stepanakert.
Pengerahan itu adalah bagian dari kesepakatan damai, di mana Armenia menyerahkan sebagian besar wilayah yang diperoleh pasukan Azerbaijan saat pertempuran.
Kementerian Pertahanan mengatakan selama dua hari pihaknya telah mengawal lebih dari 700 orang untuk kembali ke Stepanakert yang dibombardir habis-habisan selama pertempuran itu.
Baik Armenia maupun Azerbaijan akhirnya setuju untuk mengakhiri permusuhan pada awal pekan lalu setelah mendapat serangkaian upaya perdamaian yang diserukan Rusia, Prancis, dan AS untuk melakukan gencatan senjata.
Sejauh ini Armenia mengatakan 2.317 pasukannya tewas dalam bentrokan tersebut, sementara Azerbaijan belum mengungkapkan korban militernya. Tapi Putin mengatakan jumlah kematian di kedua belah pihak melebihi 4.000 dan puluhan ribu orang terpaksa meninggalkan rumah.
(ans/evn)