Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengatakan negaranya akan kembali mematuhi perjanjian nuklir 2015 (JCPOA) jika Amerika Serikat mau mencabut sanksi terhadap Teheran.
"Mengembalikan komitmen Iran (soal perjanjian nuklir) bisa dilakukan secara otomatis dengan tanpa syarat atau bahkan negosiasi," kata Zarif melalui pernyataan yang terbit di surat kabar harian Iran pada Rabu (18/11).
"Jika AS cabut serangkaian resolusi dan sanksi, serta tidak ada hambatan bagi kegiatan ekonomi Iran, Iran akan melakukannya (kembali ke perjanjian nuklir)," paparnya menambahkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Zarif, Amerika berkewajiban menaati Resolusi 2231 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Dewan Keamanan PBB terkait perjanjian nuklir 2015.
Resolusi itu intinya memuat perjanjian nuklir 2015 yang intinya AS dan sekutunya akan mencabut serangkaian sanksi ekonomi terhadap Iran jika Teheran mau menghentikan program senjata nuklirnya.
Namun, kesepakatan nuklir itu kandas setelah Presiden Donald Trump menarik AS keluar perjanjian nuklir tersebut pada Mei 2019. Trump juga menjatuhkan kembali sanksi ke Iran.
Trump menarik AS keluar karena menganggap Iran tak mematuhi perjanjian dan meneruskan pembangunan senjata nuklir. Padahal, Badan Atom Internasional (IAEA) menilai Iran menaati komitmennya dalam perjanjian nuklir.
Sejak itu, Iran secara bertahap menangguhkan sebagian besar kewajibannya yang tertuang dalam perjanjian nuklir.
Keinginan Iran kembali pada perjanjian nuklir ini muncul setelah Presiden Donald Trump kalah dalam pemilihan umum 3 November lalu.
Setelah kemenangan rival Trump, Joe Biden, semakin nyata, Iran kembali membuka peluang bahwa pemerintahan Presiden Hassan Rouhani itu mau berdialog ulang dengan AS untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir.
Zarif menggambarkan Biden sebagai "veteran urusan luar negeri" yang telah dikenalnya selama 30 tahun.
Ia berpendapat Biden seharusnya bisa mencabut semua sanksi terhadap Iran dengan tiga perintah eksekutif begitu dirinya resmi menjabat di Gedung Putih.
"Jika Biden melakukannya, kembalinya Iran pada komitmen nuklir akan berjalan cepat. Tahap selanjutnya yang perlu dinegosiasikan adalah kembalinya AS (ke dalam perjanjian, tapi itu bukan prioritas," papar Zarif seperti dikutip AFP.
"Prioritas pertama adalah AS mengakhiri pelanggaran hukum dan pemberontakannya."
(rds/ayp)