Rumor normalisasi hubungan diplomatik Indonesia dan Israel kembali muncul setelah sejumlah negara Arab membuka kembali hubungan dengan negara Zionis itu.
Selama ini, dunia Arab dan sebagian negara mayoritas Muslim memutus hubungan resmi dengan Israel sebagai bagian dari solidaritas terhadap Palestina yang sampai saat ini masih belum merdeka.
Pada akhir pekan lalu, pemerintah Israel dilaporkan tengah berupaya untuk menormalisasi hubungan dengan Indonesia dan Oman, setelah sebelumnya berhasil membuka hubungan dengan beberapa negara Timur Tengah dan Afrika.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia, sebagai salah satu negara yang "setia" mendukung Palestina membantah kabar tersebut.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan Indonesia hingga saat ini tidak berniat membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan resmi, namun kedua negara tercatat memiliki sejumlah kerja sama dan hubungan melalui jalur tidak resmi.
Kunjungan PM Israel ke Jakarta
Indonesia telah berhubungan dengan Israel sejak negara Zionis itu mulai berdiri pada 1948. Saat itu, di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, relasi Indonesia dan Israel sangat terbatas.
Namun, relasi Jakarta dan Tel Aviv mulai menghangat pada era Presiden Soeharto dengan tetap melalui jalur tidak resmi.
Melansir The Diplomat, di era Order Baru, Indonesia sempat menjalin kerja sama militer dengan Israel. Kedua negara diyakini mulai bertukar informasi intelijen terkait kelompok komunis global dan transfer peralatan militer.
Indonesia bahkan dikabarkan sempat membeli senjata dari Israel sekitar tahun 1970-1980. Pada periode itu, Indonesia sempat mengirim puluhan anggota TNI (dulu ABRI) untuk berlatih di Israel.
Pada 1993, perdana menteri Israel saat itu, Yitzhak Rabin mengunjungi Jakarta dan bertemu Presiden Soeharto di kediaman pribadinya.
Saat itu, Indonesia membantah bahwa lawatan tidak resmi Rabin tersebut menggambarkan niat Jakarta-Tel Aviv menjalin hubungan diplomatik.
Kunjungan Rabin tersebut menjadi pertemuan pertama antara pemimpin kedua negara.
Enam tahun kemudian, Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan Menteri Luar Negeri RI Alwi Shihab mengumumkan niat Indonesia menjalin kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan Israel.
Saat itu, Gus Dur melihat tidak ada alasan bagi Indonesia untuk menentang penjajakan kerja sama dengan Israel.
Pada 1994, Gus Dur juga diundang oleh PM Israel Shimon Peres ke Yerusalem untuk menyaksikan perjanjian perdamaian antara Israel dan Yordania.
Sejak itu, Gus Dur beberapa kali berkunjung ke Israel dan menerima delegasi negara Zionis tersebut di Indonesia meski mendapat kritikan dari organisasi Islam di Indonesia.
Pada 2005, Indonesia menyatakan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel hanya mungkin terjadi jika Israel dan Palestina telah berdamai.
Pada September di tahun yang sama, Menlu Israel Silvan Shalom dan Menlu RI Hassan Wirajuda sempat bertemu diam-diam di New York, di sela-sela pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kerja Sama Ekonomi
Polemik jalur diplomatik tidak menghentikan kedua negara menjalin kerja sama perdagangan. Relasi perdagangan Israel dan RI bahkan disebut terus tumbuh dan berkembang.
Pada 2015, perdagangan antara Israel-Indonesia dilaporkan mencapai US$400-500 juta. Sebanyak 88 persen dari nilai perdagangan itu berasal dari ekspor Indonesia.
Indonesia sebagian besar mengekspor barang-barang komoditas, sementara itu Israel mengekspor produk teknologi tinggi.
Tak hanya perdagangan, Indonesia dan Israel juga pernah menjalin perjanjian investasi. Pada 2000, perusahaan asuransi pelat merah, Jasindo, menandatangani perjanjian investasi dengan Assure Limited of Israel untuk menawarkan asuransi kredit bagi para eksportir dan importir dari kedua negara.
Perjanjian itu membuat Jasindo membuka kantor perwakilan di Israel. Dalam lingkup business to business, sejumlah perusahaan berbasis di Indonesia juga dilaporkan memiliki relasi dan kerja sama dengan Israel.
Pariwisata
Meski tanpa hubungan diplomatik, warga Israel masih bisa berkunjung ke Indonesia begitu juga sebaliknya.
Turis Indonesia cukup banyak berwisata ke Israel. Sebagian besar turis Indonesia merupakan umat Kristen yang ingin ziarah dan melakukan perjalanan spiritual.
Puluhan ribu WNI dikabarkan mengunjungi Israel setiap tahun. Menurut Kamar Dagang Indonesia-Israel, sebanyak 40 ribu wisatawan asal Indonesia berkunjung ke Israel pada 2017 lalu.
Pada 2018, Israel sempat menangguhkan izin masuk bagi WNI sebagai balasan karena Indonesia juga menangguhkan izin masuk bagi warga negara Zionis tersebut sebagai protes atas kekerasan militer Israel di Jalur Gaza.
(rds/dea)