Kementerian Luar Negeri China pada Jumat (18/12) menawarkan kerja sama lebih erat dengan AS di bawah pemerintahan Joe Biden.
Menteri Luar Negeri Wang Yi menyatakan tawaran disampaikan dengan harapan; mengembalikan rasa saling percaya antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia setelah Biden mengambil alih kursi kepresidenan AS mulai 20 Januari mendatang.
"Penting bahwa kebijakan AS terhadap China kembali ke objektivitas dan sensibilitas sedini mungkin," kata Wang dalam pidato virtual kepada Asia Society yang berbasis di New York seperti dikutip dari AFP, Sabtu (19/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Putin Puji Erdogan Orang yang Menepati Janji |
Wang mengatakan China melihat ruang untuk kerja sama lebar dengan Biden. Ruang terutama terdapat pada tiga dari empat masalah yaitu, Covid-19, pemulihan ekonomi, dan perubahan iklim.
Mengenai pandemi, Wang mengatakan China siap membantu Amerika Serikat salah satunya melalui produksi masker wajah yang berkelanjutan. Ia juga mengatakan Beijing dan Washington dapat bekerja sama dalam pembuatan vaksin dan membantu negara ketiga.
"Kami berharap dapat memperluas kerja sama dan mengelola perbedaan melalui dialog," kata Wang.
Hubungan AS dan China pada masa pemerintahan Presiden Trump memang renggang. Kerenggangan salah satunya dipicu oleh tuduhan Trump bahwa China telah melakukan kecurangan dagang terhadap AS.
Untuk menghentikan kecurangan dagang tersebut, Trump mengobarkan perang dagang dengan memberlakukan tarif bea masuk tinggi atas impor asal China.
Ketegangan berlanjut ketika Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menghentikan program pertukaran yang didanai China untuk orang Amerika dan memperketat aturan visa untuk pelajar China serta anggota Partai Komunis dan keluarga mereka.
Kebijakan itu berpotensi mempengaruhi ratusan juta orang.
"Kami melihat McCarthyisme bangkit kembali dan membahayakan pertukaran internasional normal," kata Wang, merujuk pada perburuan penyihir komunis yang konon terjadi di pemerintah AS yang dipimpin oleh senator Republik Joe McCarthy setelah Perang Dunia II.
(afp/agt)