Para tokoh umat Muslim di Prancis sepakat menyetujui meneken piagam untuk tidak mempermasalahkan prinsip sekulerisme dan menolak ajaran radikalisme serta ekstremisme.
Piagam itu adalah permintaan langsung dari Presiden Prancis, Emmanuel Macron.
Piagam itu dibuat oleh Dewan Ibadah Muslim Prancis (CFCM) atas desakan Macron usai insiden pembunuhan seorang guru Prancis bernama Samuel Paty, oleh seorang warga pendatang asal Chechnya setelah dia membahas soal kartun Nabi Muhammad S.A.W., di dalam kelas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Piagam ini menegaskan kembali kesesuaian keyakinan Muslim dengan prinsip-prinsip Republik, termasuk sekularisme, dan komitmen Muslim Prancis untuk kewarganegaraan penuh mereka," cuit Presiden CFCM, Mohammed Moussaoui, di Twitter.
"(Piagam) ini akan dibagikan kepada para imam dan pemimpin Muslim regional dengan tujuan konsultasi dan keanggotaan seluas mungkin," tambahnya.
Dilansir Middle East Monitor, Senin (25/1), dokumen piagam itu tampaknya dirancang dalam enam pekan setelah Macron mendesak pimpinan CFCM untuk menghasilkan sebuah pernyataan yang menyatakan komitmen Muslim Prancis yang tidak akan mempersoalkan nilai-nilai sekuler yang berlaku di negara itu.
Lebih lanjut, piagam tersebut mengakui nilai-nilai sekuler Prancis, dan mewajibkan mereka yang menandatangani untuk menegakkan nilai-nilai negara, termasuk pengakuan kesetaraan gender dan penolakan terhadap ekstremisme.
Piagam itu juga menolak politik Islam yang dikenal sebagai Islamisme, serta menyebut para penganutnya sebagai pengikut Salafisme atau Wahhabisme, Ikhwanul Muslimin, dan gerakan Jemaah Tabligh.
Menurut ketentuan piagam, para tokoh agama Muslim di Prancis harus berjanji untuk menerima kesetaraan jenis kelamin dan mengajari umat Muslim bahwa praktik seperti sunat terhadap perempuan, menikahkan anak di bawah umur atau dipaksa menikah, dan tes keperawanan bukan budaya Islam.
Penandatangan piagam juga harus "mengutuk semua bentuk rasisme, diskriminasi, dan kebencian", termasuk anti-Semitisme, homofobia, dan misogini.
Di dalam piagam itu turut menyatakan bahwa masjid tidak dibangun untuk menyebarkan narasi yang membela kekuatan asing.
Pasca pembunuhan Paty, Macron kerap melontarkan pernyataan kontroversial tentang Islam. Ia mengklaim bahwa Islam adalah agama yang sedang "mengalami krisis di seluruh dunia".
Sebagai bentuk antisipasi agar insiden Paty tidak terulang, pemerintah Macron kemudian mendorong undang-undang untuk memerangi radikalisme Islam serta memperketat UU tentang pendidikan agama dan masalah-masalah seperti poligami.
Berbekal beleid itu, pemerintah Prancis mengawasi kegiatan ibadah di masjid dan menutup sembilan masjid dalam beberapa pekan terakhir.
Lihat juga:Prancis Setujui RUU Lawan Ekstremisme Islam |
Akibat pernyataan kontroversial Macron, ia menerima kecaman dari banyak negara Muslim, dan beberapa pihak mengajak untuk memboikot produk-produk buatan Prancis.
(ans/ayp)