Swiss Rogoh Rp15 T Periksa Orang Tanpa Gejala Covid-19

CNN Indonesia
Kamis, 28 Jan 2021 04:52 WIB
Pemerintah Swiss akan membayar orang tanpa gejala untuk dites Covid-19 demi menjaga kelompok yang rentan dan menyudahi pandemi.
Pemerintah Swiss akan membayar orang tanpa gejala untuk dites Covid-19 demi menjaga kelompok yang rentan dan menyudahi pandemi. (AFP/FABRICE COFFRINI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah Swiss akan menyiapkan dana sebesar satu miliar franc Swiss atau setara dengan Rp15,9 triliun untuk pengujian kasus tanpa gejala dari Covid-19.

Menteri Kesehatan Swiss Alain Berset mengatakan pemerintah akan mengasumsikan perkiraan biaya setara dengan US$1,12 miliar itu untuk menguji orang yang tak menunjukkan gejala Covid-19.

"Dipercaya bahwa lebih dari separuh infeksi Covid-19 ditularkan oleh orang-orang yang tidak menunjukkan gejala dan tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya mengidap virus tersebut," kata pernyataan pemerintah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pemerintah federal kini akan membayar orang tanpa gejala untuk dites sehingga mereka yang sangat rentan dapat terlindungi dengan lebih baik dan wabah infeksi lokal dapat diatasi sejak dini," lanjutnya.

Pemerintah Swiss menyebut dengan mengasumsikan biaya tersebut, diharapkan bisa mengidentifikasi wabah di sejumlah tempat seperti sekolah dan panti jompo lebih cepat.

"Ini sangat penting mengingat fakta bahwa jenis baru virus corona lebih menular saat ini menyebar di Swiss," kata pemerintah.

Negara kaya berpenduduk hanya 8,6 juta tersebut mencatatkan kasus Covid-19 sebesar 515 ribu dengan kematian nyaris 8.500 jiwa. Pemerintah juga menyebut situasi epidemi di kawasan itu juga membaik secara perlahan.

Namun ia menambahkan bahwa pihaknya tetap "sangat prihatin" dengan jumlah kasus varian baru virus corona yang disebut menyumbang 10 persen dari temuan baru pada pekan lalu.

Angka persentase itu disebut meningkat dua kali lipat setiap pekan.

"Tidak ada masyarakat demokratis dan terbuka yang menemukan solusi sempurna untuk melawan pandemi," kata Presiden Swiss, Guy Parmelin kepada media di ibu kota Bern.

Swiss President Guy Parmelin (L) gives a press conference on new measures to control the spread of the Covid-19 pandemic caused by the novel coronavirus, on January 13, 2021 in Bern. (Photo by Fabrice COFFRINI / AFP)Presiden Swiss, Guy Parmelin. (AFP/FABRICE COFFRINI)

7 Menteri

Swiss diketahui mengubah aturan karantina sejak 8 Februari silam, menyebut orang yang karantina mandiri bisa keluar setelah tujuh hari dengan hasil tes negatif, alih-alih 10 hari seperti pada umumnya.

Aturan tersebut juga berlaku bagi pelancong yang masuk dari negara dengan risiko tinggi terinfeksi.

Semua orang yang tiba di Swiss baik dengan udara, kapal, bus, atau kereta, diwajibkan mengisi formulir daring, tidak hanya dari negara berisiko tinggi seperti yang diatur sebelumnya.

Semua kedatangan dengan udara harus menunjukkan hasil tes negatif sebelum terbang dengan pesawat.

Menteri Keuangan Ueli Maurer mengatakan negara tersebut telah menghabiskan 15 miliar franc Swiss untuk mengatasi pandemi pada 2020, dan sekarang menyebut telah menumpuk utang 150 juta franc setiap harinya.

Media RTS menyebut hampir 2,3 persen dari populasi Swiss yang baru menerima dosis pertama vaksin Covid-19.

Menteri Luar Negeri Swiss Ignazio Cassis mengungkapkan bahwa para menteri telah menerima dosis pertama mereka pada pertengahan Januari lalu.

Vaksinasi itu tidak dipublikasikan ke publik pada saat itu, meski tak ada satu pun dari mereka yang tergolong rentan saat ini.

"Kami hanya memiliki tujuh menteri, bukan 21 seperti negara lain," kata Cassis kepada media CH Media, sekaligus menyebut ada peluang pemerintah tak bisa berjalan bila beberapa menteri jatuh sakit akibat Covid-19.

(afp/end)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER