11 Orang Tanpa Riwayat Bepergian Kena Corona Afsel di Inggris

CNN Indonesia
Selasa, 02 Feb 2021 15:10 WIB
Sebelas orang di Inggris dilaporkan terkonfirmasi positif Covid-19 varian Afrika Selatan, padahal mereka tidak memiliki riwayat bepergian.
Ilustrasi pandemi virus corona di Inggris. (AP/Gareth Fuller)
Jakarta, CNN Indonesia --

Inggris mendeteksi varian virus corona Afrika Selatan di sejumlah wilayah.

Sebelas orang tanpa riwayat bepergian itu dilaporkan terkonfirmasi positif Covid-19 varian Afrika Selatan setelah dilakukan tes.

Mereka terkontaminasi meski tidak memiliki riwayat perjalanan. Hal itu mendorong dilakukannya tes massal di wilayah tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Inggris, negara dengan jumlah kematian Covid-19 tertinggi kelima di dunia, telah memperketat perbatasan karena khawatir varian baru dari Covid-19 ini dapat merusak upaya vaksinasi.

Mengantisipasi wabah baru, penduduk di delapan wilayah di Inggris akan dites untuk mengetahui apakah mereka menunjukkan gejala atau tidak.

Ada sekitar 10.000 orang di setiap area yang akan dites, yakni tiga di London, dua di Tenggara, satu di Inggris Tengah, satu di timur dan satu lagi di barat laut.

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan untuk memutus rantai penularan, masyarakat yang berada di area terdampak perlu mengikuti permintaan tes bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala Covid-19.

"Saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan varian ini lebih berbahaya. Tapi kami harus berusaha dengan keras, dan kami akan melakukannya," ujarnya.

Hasil tes yang positif di area tersebut akan diurutkan untuk mengidentifikasi penyebaran varian lebih jauh.

Sejak 22 Desember, Inggris telah mengidentifikasi sebanyak 105 kasus varian corona Afrika Selatan.

Semua virus bermutasi, dan para ilmuwan telah mengidentifikasi beberapa varian yang ternyata lebih mudah ditularkan daripada jenis aslinya.

Kemunculan varian baru itu, menimbulkan pertanyaan apakah vaksin akan terbukti efektif.

Para ilmuwan memaparkan varian tersebut dinilai lebih mudah menular, tetapi tidak ada bukti varian Covid-19 ini menyebabkan penyakit yang lebih berbahaya.

Namun hasil penelitian laboratorium menyampaikan hal yang berbeda. Varian baru itu akan mengurangi efektivitas vaksin dan terapi antibodi.

Profesor Mikrobiologi Seluler University of Reading Inggris Simon Clarke mengatakan ada bukti yang muncul bahwa varian itu kurang rentan terhadap kekebalan yang disebabkan hasil vaksin.

"Penemuan beberapa kasus yang tidak ada kaitannya dengan perjalanan ke Afrika, menunjukkan kasus tersebut mungkin tersebar lebih luas di masyarakat daripada yang sudah diperkirakan sebelumnya," kata dia.

"Penyebaran ini, meskipun dalam skala kecil, perlu dikendalikan dengan cepat, sehingga pemeriksaan dari rumah ke rumah dan tes secara intensif dari bagian kesehatan masyarakat Inggris adalah hal yang tepat untuk dilakukan," ucapnya saat konferensi pers.

Direktur Pelaksana Kesehatan Masyarakat Inggris Susan Hopkins mengatakan kasus tersebut tidak saling terikat.

"Mereka mungkin lebih menjangkit seseorang yang berpotensi mengalami infeksi tanpa gejala ketika datang dari luar negeri," ucap dia.

Hingga kini, Inggris masih berjuang melawan gelombang baru Covid-19 dengan munculnya varian baru yang lebih mudah ditularkan. Angka kematian di negara tersebut mencapai 100.000 lebih, per Minggu lalu.

Meski begitu, Inggris telah meluncurkan program vaksinasi. Hampir 9,3 juta orang telah menerima suntikan tahap pertama vaksin Pfizer-BioNTech atau Oxford-AstraZeneca.

(isa/dea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER