Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern memberikan izin darurat (emergency use authorization/EUA) penggunaan vaksin corona buatan Pfizer-BioNTech. Orang-orang dengan risiko tertinggi akan masuk dalam daftar prioritas penerima vaksin.
Ardern mengatakan jika ia tidak masuk dalam daftar prioritas penerima vaksin tahap pertama. Program vaksinasi nantikan akan dilakukan secara luas pada paruh kedua tahun ini.
"Saya telah mengatakan 2021 adalah tahun vaksin. Ini adalah program setahun penuh yang baru saja kami mulai. Kami tidak berlomba untuk menjadi yang pertama, tetapi untuk memastikan akses yang aman dan tepat waktu ke vaksin untuk semua warga Selandia Baru," ucap Ardern dalam konferensi pers, Rabu (3/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip Reuters, Ardern masih berhadap pasokan vaksin Pfizer tiba di Selandia Baru pada akhir Maret 2021. Ia mendesak warga Selandia Baru untuk diinokulasi segera setelah vaksin tersedia.
"Saya benar-benar akan divaksinasi, anggota keluarga saya akan divaksinasi. Tapi saat ini saya bukan urutan prioritas," ujarnya.
Direktur jenderal kesehatan Ashley Bloomfield mengatakan bahwa regulator obat-obatan Selandia Baru, Medsafe telah memasukkan 58 persyaratan pada vaksin Pfizer terkait dengan data manufaktur tambahan. Medsafe juga memastikan informasi diberikan tentang keamanan vaksin.
Ardern mengecam upaya sejumlah negara untuk membatasi ekspor vaksin.
"Dunia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Kami tidak akan aman sampai kami memiliki peluncuran yang luas di seluruh dunia," ucapnya.
"Jadi, menjadi kepentingan semura orang bahwa kami melihat program vaksin terus diluncurkan di negara lain."
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan agar negara-negara tidak menimbun jutaan dosis vaksin corona karena semakin banyak negara yang juga membutuhkannya.
Tekanan terhadap kritikus kian meningkat agar Ardern mulai melakukan vaksinasi terhadap 5 juta warga Selandia Baru. Ardern pada November lalu menjanjikan untuk segera memberikan vaksin corona di awal 2021.
Para kritikus mengatakan Selandia Baru telah tertinggal dari negara-negara lain yang sudah lebih dulu melakukan vaksinasi massal.
(evn/evn)