Bosnia Marah Vaksin Corona dari Covax WHO Belum Sampai
Menteri Luar Negeri Bosnia, Bisera Turkovic, menyuarakan kemarahan karena negaranya belum menerima satu pun dosis vaksin virus corona (Covid-19) yang dijanjikan aliansi pengadaan vaksin global yang dinaungi WHO, Covax.
Turkovic mengatakan warga Bosnia "sangat tidak senang" dengan keadaan tersebut.
Kami berharap Covax memenuhi kewajiban kontraknya," kata Turkovic dalam jumpa pers bersama Menlu Jerman Heiko Maas, saat kunjungan ke Berlin pada Selasa (9/3).
Turkovic mengatakan Bosnia telah memenuhi kewajibannya dan membayar untuk lebih dari 1,2 juta dosis vaksin bagi pasokan Covax internasional.
"Tetapi tidak ada satu pun dosis vaksin yang telah tiba hingga saat ini. Warga negara kami benar-benar tidak senang dengan ini," papar Turkovic.
"Setiap hari penting. Kita berbicara tentang kehidupan orang-orang," katanya menambahkan seperti dilansir AFP.
Bosnia, negara Balkan berpenduduk 3,5 juta orang, tercatat memiliki lebih dari 5.000 kematian akibat Covid-19. Angka itu menjadikan Bosnia sebagai salah satu negara dengan tingkat kematian akibat corona tertinggi di dunia.
Selain mengandalkan vaksin dari Covax, Bosnia juga telah meminta bantuan kepada Rusia yang akhirnya mendapatkan 22.000 dosis vaksin Sputnik V.
Sementara itu, Serbia juga telah menyumbangkan 10 ribu vaksin AstraZeneca-Oxford kepada Bosnia.
Dalam jumpa pers yang sama, Menlu Jerman, Heiko Maas, mengatakan dia menyesali keterlambatan distribusi vaksin dari Covax.
Maas mengatakan Covax akan mengirimkan lebih dari satu juta dosis vaksin ke negara-negara Baklan barat lainnya "dalam beberapa pekan mendatang hingga akhir Mei" termasuk 130 ribu dosis vaksin untuk Bosnia-Herzegovina.
"Saya dapat memahami bahwa ini tidak cukup cepat bagi banyak orang, dan tentu saja saya melihat bahwa ada orang lain yang menawarkan vaksin dan mengharapkan tindakan politik yang menguntungkan sebagai balasannya," kata Maas.
"Tapi saya sangat yakin bahwa meskipun penundaan itu tidak ada yang senang ... kami akhirnya bisa mulai mengirimkan sejumlah besar vaksin ke Balkan barat," ucapnya menambahkan.
Covax adalah mekanisme multilateral yang dirancang untuk menjamin ketersediaan akses vaksin Covid-19 di seluruh dunia secara cepat, adil, dan setimpal.
Setidaknya ada 75 negara bersedia bergabung dengan fasilitas Covax untuk mendukung percepatan dan perkembangan vaksin Covid-19.
Covax dibentuk untuk mempercepat pengembangan dan pembuatan vaksin Covid-19 serta mendistribusikan vaksin secara merata ke seluruh dunia.
Indonesia menjadi salah satu ketua program Covax Advance Market Commitment (AMC) Engagement Group bersama dengan Kanada dan Ethiopia.
Pada awal pekan ini, Indonesia baru saja menerima bagian pertama dari gelombang I vaksin corona dari Covax yakni sebanyak 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca.
(rds/evn)