Pemimpin de facto Myanmar yang digulingkan militer, Aung San Suu Kyi, dijadwalkan kembali menghadapi persidangan ketiga pada Senin (15/3).
Persidangan berlangsung setelah junta militer Myanmar menuduh perempuan 75 tahun itu menerima suap sebesar US$600 ribu (Rp8,5 miliar) sebelum dikudeta.
Suap itu disebut diberikan kepada Suu Kyi dalam bentuk emas. Pihak yang mengadukan dugaan suap itu adalah mantan Menteri Besar Yangon, Phyo Mien Thein.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip AFP, Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang mendukung Suu Kyi membantah tuduhan suap itu.
Pengacaranya, Khin Maung Zaw, mengtakan persidangan dijadwalkan berlangsung pukul 10.00 pagi waktu Yangon. Maung Zaw, menuturkan kliennya itu akan hadir dalam sidang melalui tautan video dari tahanan.
Selain tuduhan suap, Suu Kyi setidaknya menghadapi empat dakwaan yakni terkait kepemilikan walkie-talkie ilegal, melanggar kebijakan pembatasan virus corona, melanggar undang-undang telekomunikasi, dan niat menyebabkan keresahan publik.
Khin Maung Zaw mengeluh bahwa dia tidak diizinkan bertemu Suu Kyi sejak kudeta berlangsung. Namun, ia memastikan kondisi Suu KYi dalam keadaan sehat.
Persidangan Suu Kyi berlangsung ketika bentrokan antara pedemo anti-kudeta dan aparat keamanan semakin memburuk.
Lembaga pemantau hak asasi manusia, Assistance Association for Political Prisoners (AAPP), melaporkan setidaknya total 126 orang tewas akibat bentrokan pedemo anti-junta militer Myanmar dan aparat keamanan sejak kudeta berlangsung.
Selama akhir pekan kemarin tercatat setidaknya 39 orang tewas, di mana sedikitnya 22 di antara mereka meninggal dalam bentrokan di kota industri Hlaingthaya, utara Myanmar, pada Minggu (14/3), menyusul pembakaran sejumlah pabrik China di wilayah itu.
"Junta yang berkuasa telah menunjukkan giginya dan melepaskan topengnya, mereka telah menunjukkan jati diri mereka yang sebenarnya," kata Khin Maung Zaw terkait kekerasan terhadap pedemo tersebut.
(rds/evn)