Ahmad Al Aliwi Alissa, pelaku penembakan di swalayan King Soopers, Colorado, Amerika Serikat, disebut mengidap gangguan mental seperti paranoid sejak sekolah.
Saudara Ahmad, Ali Aliwi Alissa, mengatakan bahwa sang adik yang berusia 21 tahun itu kerap menjadi korban perundungan atau bully teman-temannya di SMA.
Menurut Ali, Ahmad kerap di-bully karena nama dan identitasnya sebagai Muslim. Ahmad dan keluarganya memang pendatang dari Suriah. Mereka menjadi warga AS dengan cara naturalisasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski bukan warga asli Amerika, hampir seluruh hidupnya dihabiskan di Negeri Paman Sam. Perundungan yang terus berulang menyebabkan Ahmad bersikap anti-sosial.
Sejak 2014, kata Ali, Ahmad semakin mudah "paranoid." Ia mengatakan bahwa sang adik meyakini bahwa dirinya tengah dikejar-kejar dan diikuti oleh orang tak dikenal. Sebagai contoh, Ahmad kerap menutup kamera laptop dengan selotip supaya tidak terlihat.
"Dia selalu berprasangka bahwa ada seseorang yang sedang mengikutinya dan memantaunya, seseorang yang ingin mengejarnya," kata Ali.
"Kami sekeluarga terus memantau Ahmad dengan ketat sejak dia masuk SMA. Ia selalu mengatakan bahwa 'Seseorang mengejarku. Seseorang tengah menyelidikiku,' dan kami seperti 'Ayolah, bro. Tidak ada apa-apa.'"
Dalam salah satu unggahan di Facebook, Ahmad bercerita bahwa dia merasa sekolah lamanya meretas ponselnya.
"Penasaran bagaimana hukum tentang privasi ponsel karena saya yakin sekolah lama saya meretas ponsel saya," tulis Ahmad di status Facebook-nya pada Maret 2019.
Salah satu teman Ahmad sejak kelas lima SD, Damien Cruz, juga mengatakan bahwa temannya itu tidak mudah didekati atau diajak bersosialisasi.
"Orang-orang memilih untuk tidak mengganggunya karena dia temperamen. Orang-orang memilih untuk tidak benar-benar berbicara dengannya karena sikap dan sifatnya. Jadi dia sangat sendirian," kata Cruz kepada CNN.
Menurut kakak ipar Ahmad, sebelum kejadian berdarah pada awal pekan ini, saudaranya itu sempat mengutak-atik senapan semi-otomatis Ruger AR-556 berkapasitas 30 peluru yang dibeli ada 16 Maret lalu.
Ahmad mengeluhkan senjatanya saat itu macet karena ada satu peluru tersangkut di laras. Karena keluarganya khawatir, mereka memarahi Ahmad dan menyembunyikan senjatanya.
Namun, Ahmad menemukan senjata yang akhirnya ia pakai untuk melancarkan aksi penembakan di swalayan King Soopers di Boulder, Colorado, pada awal pekan lalu.
Hingga kini, polisi belum menyimpulkan motif Ahmad melakukan penembakan yang menewaskan sepuluh orang itu.
Ahmad juga terluka pada betis kanan akibat baku tembak dengan polisi. Dia kemudian dibawa ke rumah sakit untuk diobati.
Saat ini, Ahmad ditahan di kantor kepolisian setempat dan menunggu jadwal persidangan. Dia bakal dijerat dengan sepuluh dakwaan pembunuhan tingkat pertama dan sejumlah delik pidana lain.
(rds/has)