Ayah dari bocah berusia 6 tahun yang tewas ditembak aparat Myanmar, Khin Myo Chit, tak bisa menahan kepiluan ketika mengenang kembali momen kala ia harus kehilangan anak dalam pangkuannya.
Ia ingat betul saat itu Hari Selasa. Dia sedang duduk memangku anaknya ketika aparat tiba-tiba masuk ke rumahnya di Mandalay dalam operasi perburuan mencari orang yang ikut serta dalam demonstrasi anti-kudeta.
"Mereka menembak anak saya ketika dia bersandar di dada saya. Saya lari dan menggendongnya. Saya bahkan tak melihat mereka [aparat] setelah dia tertembak," ujar pria itu kepada Reuters, Jumat (26/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia langsung melarikan Khin ke klinik darurat yang didirikan para dokter dan perawat untuk menangani para demonstran. Ia tak bisa ke rumah sakit karena semua fasilitas sekarang diduduki oleh militer.
Pria itu tiba di klinik itu pukul 18.00. Namun, dokter yang menangani putrinya mengatakan bahwa Khin sudah meninggal.
"Kami tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyelamatkan nyawa dia," ujar dokter itu seperti ditirukan oleh ayah korban.
Khin diyakini sebagai korban termuda dari kekerasan aparat di tengah pergolakan di Myanmar akibat kudeta militer pada Februari lalu. Awalnya, Khin dilaporkan berusia 7 tahun, tapi kini keluarga mengonfirmasi bahwa bocah itu masih berumur 6 tahun.
Tak hanya menghilangkan nyawa Khin, aparat juga membawa salah satu putra dari keluarga ini. Sampai saat ini, keluarga Khin masih belum mengetahui keberadaan anak tersebut.
"Dia ditahan oleh militer dan kami tak tahu ia masih hidup atau tidak. Kami belum dapat informasi tentang dia," ujar salah satu kakak Khin.
Kini, ia hanya dapat mengenang Khin sembari hidup dalam persembunyian karena takut akan kejaran aparat setelah pemberitaan tentang adiknya merebak.
"Kami tak berani pulang dan masih di tempat persembunyian sampai sekarang. Masih ada tentara dan polisi di rumah kami," katanya seperti dikutip CNN.
(has)