Johnson & Johnson bakal mengirim vaksin corona ke Eropa mulai April 2021. Hal itu diungkapkan perusahaan dalam pernyataan yang dirilis Senin (29/3).
Sebelumnya, Uni Eropa memberikan persetujuan penggunaan vaksin sekali suntik itu pada pertengahan Maret lalu setelah terlebih dulu memberikan lampu hijau pada vaksin produksi Pfizer-BioNTech, Moderna, dan AstraZeneca.
Melansir AFP, persetujuan diberikan dengan mempertimbangkan hasil uji klinis di Amerika Serikat (AS), Afrika Selatan, dan Amerika Selatan yang menyatakan vaksin tersebut 67 persen efektif mencegah orang terinfeksi covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Uni Eropa sendiri telah memesan 200 juta dosis vaksin Johnson & Johnson dan membuka peluang untuk memesan 200 juta dosis lagi. Pengiriman vaksin tersebut diharapkan bisa mempercepat upaya vaksinasi di benua biru.
Selain hanya membutuhkan sekali suntik, vaksin buatan perusahaan AS itu juga disebut lebih mudah disimpan karena tidak perlu dibekukan.
Saat ini, sejumlah negara di Eropa tengah menerapkan pembatasan baru untuk menahan lonjakan kasus corona.
Selain ke Eropa, Johnson & Johnson juga akan mengirimkan 400 juta dosis vaksin covid-19 ke Afrika.
Pengiriman vaksin tersebut bergantung pada persetujuan pemerintah di masing-masing negara Uni Afrika. Pengiriman pertama diperkirakan tiba pada kuartal 3 2021.
"Tidak ada yang selamat sampai semua orang selamat, dan kami telah berkomitmen terhadap akses vaksin covid-19 global yang merata," ujar CEO Alex Gorsky dalam pernyataannya.
Gorsky menerangkan perusahaan melalui anak usaha Janssen Pharmaceutica telah melakukan perjanjian dengan African Vaccine Acquisition Trust (AVAT)untuk menyediakan 220 juta dosis vaksin.
Selain itu, AVAT juga bisa memesan 180 juta dosis tambahan sehingga totalnya menjadi 400 juta dosis hingga 2022.
Pada uji klinis global terhadap 40.000 orang, efikasi vaksin Johnson & Johnson terhadap infeksi parah mencapai 85,4 persen tetapi nilainya turun menjadi 66,1 persen jika memasukkan infeksi modern.
(sfr)