Pengadilan Myanmar secara diam-diam mendakwa pemimpin de facto yang digulingkan dalam kudeta Februari lalu, Aung San Suu Kyi, dengan tudingan melanggar Undang-Undang Rahasia Negara.
Pengacara Suu Kyi, Khin Maung Zaw, mengatakan bahwa kliennya bersama tiga menteri kabinetnya dan penasihat ekonominya yang berkewarganegaraan Australia, Sean Turnell, didakwa melanggar UU Rahasia Negara dalam persidangan di Yangon sepekan lalu.
Kepada Reuters,MaungZaw mengatakan bahwa dia baru mengetahui gugatan baru terhadap kliennya itu dua hari terakhir. Jika terbukti bersalah,SuuKyi,Turnell, dan tiga menteri kabinetnya itu bisa dihukum penjara hingga 14 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai saat ini, juru bicara junta militer belum mengonfirmasi dakwaan baru kepada Suu Kyi tersebut.
Sejauh ini, Suu Kyi telah didakwa setidaknya empat tuntutan, yakni kepemilikan walkie-talkie ilegal, melanggar kebijakan pembatasan virus corona, melanggar undang-undang telekomunikasi, hingga niat menyebabkan keresahan publik.
Suu Kyi terancam tidak lagi bisa berpolitik jika terbukti bersalah terkait empat dakwaan itu.
Belum lama ini junta militer juga menuduh Suu Kyi menerima suap dari seorang pengusaha sebesar US$550.000 atau sekitar Rp7,9 miliar antara 2019-2020. Pengacaranya mengatakan tuduhan itu dibuat-buat dan menganggap tuduhan penyuapan sebagai lelucon.
Saat ini, Suu Kyi dikabarkan menjadi tahanan rumah di lokasi yang dirahasiakan. Dia sudah beberapa kali menghadiri persidangan militer melalui video virtual.
Pada Rabu (31/3), Maung Zaw mengatakan bahwa Suu Kyi dalam keadaan sehat selama ditahan junta militer. Menurutnya, peraih Nobel itu terlihat sehat saat melakukan panggilan video di kantor polisi sehari sebelum persidangan hari ini.
Maung Zaw menuturkan Suu Kyi sebenarnya ingin bertemu langsung dengannya, tetapi akhirnya hanya diizinkan melakukan konferensi video di hadapan polisi.
(rds/has/asa)