Inggris Disarankan Punya Alternatif AstraZeneca untuk Pemuda

CNN Indonesia
Kamis, 08 Apr 2021 00:11 WIB
Komite penasihat vaksin menyarankan Pemerintah Inggris menyediakan alternatif dari vaksin AstraZeneca untuk anak muda berkaitan dengan kasus pembekuan darah. (REUTERS/DADO RUVIC)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah Inggris dipandang komite penasihat vaksin perlu memberikan alternatif lain dari vaksin Covid-19 garapan Oxford/AstraZeneca kepada warga di bawah usia 30 tahun.

Hal itu berkaitan dengan efek samping pembekuan darah langka di otak yang dilaporkan terjadi pada sebagian penerima vaksin tersebut.

Masalah keamanan itu memicu puluhan negara menghentikan penggunaan vaksin tersebut dalam beberapa pekan terakhir. Sementara itu, vaksin AstraZeneca tercatat telah diberikan ke puluhan juta orang di Eropa.

Kepala Joint Committee on Vaccination and Immunisation (JCVI) Inggris, Wei Shen Lin, menyebut bahwa berdasarkan data dan bukti yang ada, komite itu menyarankan bagi orang dewasa di bawah 30 tahun tanpa kondisi tertentu lebih baik ditawarkan alternatif selain AstraZeneca, bila ada.

Dia mengatakan, bagi orang muda yang risiko dirawat di rumah sakit lebih rendah, penghitungan manfaat-risiko dari vaksin AstraZeneca membuat pilihan vaksin lain lebih disarankan.

"Kami menyarankan preferensi untuk satu vaksin atas vaksin lainnya untuk kelompok usia tertentu, dengan sangat hati-hati, daripada karena kita memiliki masalah keamanan yang serius," kata Lim dalam penjelasannya.

Ia mengatakan masyarakat harus terus mendapatkan dosis kedua AstraZeneca bila mereka telah mendapatkan dosis pertama.

Saran ini datang setelah regulator obat Inggris, MHRA, mengidentifikasi peluang efek samping dari vaksin Covid-19 yang dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca berupa pembekuan darah otak yang langka.

Kepala eksekutif June Raie mengatakan bahwa manfaat dari vaksin itu lebih besar dibandingkan risikonya secara umum. Hal ini menggemakan pembaruan dari regulator obat Eropa.

Lembaga pengatur obat Inggris dan Eropa telah menginvestigasi sejumlah kecil laporan penggumpalan darah di otak, alias trombosis sinus vena serebral (CVST). Kasus itu terjadi dalam kombinasi dengan tingkat trombosit darah yang rendah usai seseorang mendapatkan vaksin itu.

Ketua Komisi Obat-obatan Manusia, Munir Pirmohamed mengatakan bahwa keterkaitan antara pembekuan darah otak, trombosit yang lebih erat, dan vaksin AstraZeneca "semakin erat".

"Bukti mutlak dari hubungan antara efek samping vaksin akan membutuhkan penelitian ilmiah yang lebih ekstensif berdasarkan bukti yang tersedia pada saat ini." katanya.

(reuters/end)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK