Negara anggota kelompok G7 meminta Rusia untuk menghentikan provokasi di perbatasan Ukraina.
G7 merupakan kelompok negara yang memiliki kekuatan ekonomi di dunia. Kelompok itu terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Kanada, dan Jepang.
Para menteri luar negeri G7 menyampaikan hal itu dalam seruan bersama saat pertemuan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Brussel, Belgia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mengajak Rusia untuk menghentikan provokasi dan segera menurunkan ketegangan sejalan dengan kewajiban internasional," katanya dalam pernyataan bersama, mengutip AFP, Selasa (13/4).
Para menteri sangat prihatin dengan sikap Rusia yang mengirim pasukan di perbatasan Ukraina dan Krimea yang dicaplok.
"Pergerakan pasukan skala besar ini, tanpa pemberitahuan sebelumnya, mewakili aktivitas yang mengancam dan mengganggu kestabilan," tambah pernyataan itu.
G7 juga mendesak Rusia untuk menjunjung tinggi prinsip dan komitmen internasional yang telah ditandatangani mengenai transparansi gerakan militer.
Pada Maret lalu, G7 mengatakan tidak akan mengakui pencaplokan Krimea oleh Rusia dari Ukraina.
Tak lama setelah pencaplokan, pemberontak separatis yang didukung Rusia di kawasan timur terlibat peperangan dengan militer Ukraina.
Mereka juga meminta seluruh pihak yang bertikai menerapkan kesepakatan damai Minsk II pada 2015 yang melarang pengarahan tank dan senjata berat lainnya.
Sementara itu, Ukraina menuduh Rusia mengerahkan ribuan tentara di perbatasan utara dan timur serta di Krimea yang diduduki.
Rusia juga tidak membantah pengerahan pasukan itu, tetapi berkeras mereka tidak berniat mengancam siapa pun.
Di sisi lain, pekan ini Amerika Serikat mengatakan jumlah pasukan Rusia di perbatasan Ukraina sekarang lebih banyak dari konflik pada 2014.
Pertempuran mereda pada 2020 ketika perjanjian gencatan senjata diberlakukan. Namun, kontak senjata terjadi lagi sejak awal tahun ini, dan kedua belah pihak saling menyalahkan.
Militer Ukraina menyebut salah satu anggotanya tewas pada Sabtu saat pejuang separatis melepaskan tembakan dengan senjata ringan. Sementara seorang tentara lainnya ditembak mati dan terluka pada Senin kemarin.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, dijadwalkan bertemu dengan Kepala NATO, Jens Stoltenberg, beserta Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Brussel.
Menjelang kunjungan ke Belgia, Blinken dan Stoltenberg berbicara melalui telepon membahas berbagai masalah salah satunya mengenai konflik Ukraina dan Rusia.
"Termasuk kebutuhan mendesak bagi Rusia untuk menghentikan pergerakan militer secara agresif di sepanjang perbatasan Ukraina dan di Krimea yang diduduki," kata Departemen Luar Negeri.
Blinken juga sudah memperingatkan Rusia supaya tidak terus menekan Ukraina.
(isa/ayp)