JEJAK PERADABAN ISLAM

Peran Inggris di Balik Keruntuhan Dinasti Mughal

CNN Indonesia
Jumat, 30 Apr 2021 20:00 WIB
Keruntuhan Dinasti Mughal di India bukan hanya disebabkan oleh pertikaian internal tetapi juga akibat campur tangan Inggris.
Ilustrasi Istana Jehangir Mahal atau Istana Orcha yang dibangung Dinasti Mughal di India. (iStockphoto/saiko3p)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kemunduran Dinasti Mughal di India bukan hanya disebabkan oleh pertikaian internal tetapi juga diakibatkan oleh faktor lain. Salah satunya adalah campur tangan Inggris.

Inggris tiba di India pada 1608. Mereka meminta izin kepada para penguasa Dinasti Mughal untuk bermukim dan berdagang.

Kehadiran mereka awalnya ditolak. Proses negosiasi untuk memuluskan kepentingan mereka berdagang memakan waktu dua tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain berdagang, penjelajahan Inggris ke India didorong faktor untuk mencari pemasukan bagi kerajaan, karena harta mereka terkuras pasca Perang Salib.

Untuk mencari keuntungan, mereka berupaya merebut daerah penghasil rempah-rempah yang bakal dijual ke Eropa.

Mulanya, perusahaan British East India Company (EIC) hanya fokus pada perdagangan di India. Tak pernah terpikirkan di benak mereka untuk menantang Dinasti Mughal.

Lambat laun, pengaruh EIC semakin kuat di India karena menguasi hampir seluruh lini perdagangan. Namun, sebenarnya perusahaan dagang itu tak terikat perjanjian atau kontrak dengan Kerajaan Inggris.

Ada dua periode penyerangan yang dilakukan Inggris terhadap India. Pertama, saat Mughal di bawah kekuasaan Ahmad Khan Durrani dari Afghanistan pada 1671.

Setelah melakukan peperangan yang berkepanjangan dan berlarut-larut, akhirnya Sultan Syah Alam yang memimpin wilayah Delhi membuat perjanjian damai dengan menyerahkan Qudh, Benggala dan Orisa kepada Inggris.

Di abad ke-18, Kesultanan Mughal membatasi hak-hak dagang EIC. Dari situ, EIC dan Inggris bekerja sama untuk menggulingkan Kesultanan Mughal.

Dalam pertempuran Plassey pada 1757, pasukan EIC yang dipimpin Robert Clive bersama sekutunya berhasil menaklukan pasukan Mughal.

Kemenangan itu menjadikan Inggris sebagai penguasa politik sekaligus militer terbesar di India.

India kemudian menjadi jajahan yang paling penting bagi Inggris. Dengan menguasai tanah Hindustan membuat mereka saat itu menjadi imperium terbesar di dunia, lebih besar dari Kekaisaran Romawi.

Proses penguasaan Inggris atas India mencapai puncaknya saat Pemberontakan Sepoy terjadi pada 1857 sampai 1859 untuk memerdekakan diri dari cengkeraman Inggris.

Kaum Sepoy pada akhirnya berhasil merebut Delhi, Agra, Kanpur dan Lucknow. Mereka lantas segera melantik Sultan Mughal yang sudah sepuh.

Tak berhenti sampai di situ, pemberontakan terus terjadi hingga ke wilayah India utara. Inggris kemudian membalas dengan kekuatan penuh dan berhasil meledakkan gudang senjata pemberontak di Delhi. Mereka juga kembali merebut wilayah yang dikuasai pemberontak.

Pada 1858, Kerajaan Inggris mengambil alih EIC. Saat itu, pemimpin Dinasti Mughal, Bahadur Syah, melakukan perlawanan lantaran tingginya pungutan pajak yang diberlakukan oleh EIC.

Menurut C.E Boshwir dalam buku Dinasti-Dinasti Islam, pemberontakan tersebut dengan mudah ditumpas oleh Inggris karena mendapat dukungan dari para bangsawan dan tokoh penguasa lokal Hindu dan Muslim.

Bahadur Syah ditangkap dan diasingkan ke Burma (Myanmar) hingga meninggal. Jenazahnya dimakamkan di dekat sebuah masjid di kota Yangon.

Sejak itu, maka kekuasaan Dinasti Mughal yang berjaya lebih dari tiga abad di India berakhir.

(isa/ayp/isa/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER