Joe Biden Disebut Berencana Akui Kejadian Genosida Armenia

CNN Indonesia
Sabtu, 24 Apr 2021 18:52 WIB
Presiden AS Joe Biden berencana mengakui pembantaian orang-orang Armenia oleh Kekaisaran Ottoman pada 1915 sebagai genosida.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden berencana mengakui pembantaian orang-orang Armenia oleh Kekaisaran Ottoman pada 1915 sebagai genosida. Seorang sumber mengatakan hal itu disampaikan Joe Biden kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (Getty Images via AFP/Chip Somodevilla).
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Amerika Serikat Joe Biden berencana mengakui pembantaian orang-orang Armenia oleh Kekaisaran Ottoman pada 1915 sebagai genosida. Seorang sumber mengatakan hal itu disampaikan Joe Biden kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Hal tersebut tak disampaikan dalam keterangan resmi pembicaraan antara kedua pimpinan negara itu. Mereka menyampaikan Biden berminat dalam hubungan bilateral yang konstruktif dengan area kerja sama yang diperluas dan manajemen perselisihan yang efektif.

Sebelumnya, CNN melaporkan Biden sedang bersiap mengakui kekejaman terhadap orang Armenia sebagai genosida. Hal itu sebagai bentuk memenuhi janji kampanye.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para pendahulu Biden, baik Barack Obama maupun Donald Trump, tak pernah menggunakan kata tersebut karena khawatir merusak hubungan dengan sekutunya.

Namun, Biden telah membentuk pola untuk pemimpin dunia sekaligus memberi tahu tentang langkah-langkah pemerintahannya di masa mendatang yang mungkin mengganggu hubungan mereka.

Pekan lalu, Biden menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk meninjau sanksi yang diberlakukan atas campur tangan mereka dalam pemilu AS 2020, serangan siber SolarWinds, dan pelanggaran berat hak asasi manusia di Krimea.

Pada Jumat malam waktu setempat, Duta Besar Turki untuk AS Hasan Murat Mercan mengadakan pertemuan di Gedung Putih bersama pejabat Dewan Keamanan Nasional.

Murat Mercan menerima akreditasi dari Gedung Putih dan menjadi pertemuan pertamanya dengan pejabat pemerintahan Biden.

Ketika menjadi wakil presiden, Biden kerap berurusan dengan Erdogan dan empat kali mengunjungi Turki, termasuk setelah upaya kudeta yang gagal.

"Saya telah menghabiskan banyak waktu bersamanya. Dia merupakan Presiden Turki dan lebih dari itu. Hal yang saya rasa seharusnya kami lakukan mengambil pendekatan yang benar-benar berbeda sekarang," kata Biden pada 2020.

Sementara itu, pemerintah Turki sering mengeluh ketika pemerintah asing menggambarkan peristiwa tersebut sebagai genosida. Mereka berpendapat itu adalah masa perang dan kedua sisi mengalami kerugian.

"Jika AS ingin memperburuk hubungan, keputusan ada di tangan mereka," ucap Menteri Luar Negeri Turki.

Pada 23 dan 24 April 1915, pihak berwenang di Konstantinopel, Ibu Kota Ottoman, mengumpulkan 250 para ahli dan tokoh masyarakat Armenia. Banyak dari mereka yang dideportasi hingga dibunuh.

Setiap 24 April bahkan dikenal sebagai Minggu Merah dan diperingati sebagai Hari Peringatan Genosida oleh warga Armedia di seluruh dunia.

Selama ini, total orang Armenia yang dibunuh selalu menjadi bahan perdebatan. Mulai dari 300 ribu hingga 2 juta kematian pada 1914-1923. Namun, angka itu tak semuanya disebabkan Kekaisaran Ottoman.

Meski jumlah korban tewas masih diperdebatkan, foto-foto dari era tersebut mendokumentasikan beberapa pembunuhan massal. Beberapa menunjukkan tentara Ottoman berpose dengan kepala terpenggal, mereka berdiri di tengah tengkorak di tanah.

Para korban dilaporkan meninggal dalam pembakaran massal dan karena tenggelam, disiksa, gas, racun, penyakit, dan kelaparan. Anak-anak dilaporkan dimuat dalam perahu, dibawa ke laut dan dibuang ke laut. Pemerkosaan juga sering dilaporkan.

(chri/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER