Hubungan diplomatik China dan Jepang kembali tegang akibat unggahan di media sosial yang dinilai menyinggung rencana pembuangan air terkontaminasi radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima.
Ketegangan terjadi selepas pemerintah China mengunggah gambar cetakan balok kayu Jepang yang dimanipulasi untuk menyinggung soal rencana pembuangan limbah nuklir ke laut di Twitter.
Pada Senin (26/4) lalu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mencuit sebuah gambar "Gelombang Besar Kanagawa" yang dibuat pada abad ke-19 oleh seniman Hokusai. Namun, gambar itu diubah menjadi limbah nuklir yang dibuang ke laut oleh dua orang dengan pakaian anti-radiasi dari perahu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam gambar yang dibuat oleh ilustrator Tiongkok, Gunung Fuji di bagian latar belakang, diganti dengan menara pendingin pembangkit listrik tenaga nuklir.
Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima rusak dan mengalami kebocoran akibat gempa bumi 9 magnitudo pada 11 Maret 2011.
Saat jumpa pers pada Selasa (27/4) kemarin, Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi mengatakan dia tidak akan mengomentari setiap cuitan "oleh seseorang di tingkat sekretaris pers." Namun, ia menyampaikan Jepang mengajukan "protes keras" dan mengupayakan penghapusan cuitan itu melalui hubungan diplomatik.
Menurut Kyodo News, Motegi mengatakan bahwa cuitan Zhao di Twitter seolah tidak berperasaan.
Sementara Zaho menganggap unggahannya merupakan tuntutan rakyat China.
"Ilustrasi itu menunjukkan suara yang sebenarnya dari rakyat. Itu adalah pemerintah Jepang yang perlu mencabut keputusan yang salah dan meminta maaf," kata Zhao, saat jumpa pers di Beijing, mengutip dari Reuters, Rabu (28/4).
"Anda bertanya apakah saya akan menghapus cuitan dan meminta maaf? Anda mungkin memperhatikan, saya telah menyematkan cuitan di bagian atas," tegas Zhao
Zhao mengatakan pemerintah Jepang melakukan hal yang buruk, tetapi tidak mau dikritik.
"Seluruh dunia telah memprotes untuk sementara waktu sekarang, beberapa pejabat Jepang berpura-pura tidak mendengar, namun mereka terlalu sibuk memikirkan ilustrasi," ujar Zhao.
Kemelut di tataran diplomatik kedua negara, di tengah perseteruan antara China dan Amerika Serikat yang belum reda. AS juga merupakan sekutu Jepang.
Baru-baru ini, Presiden AS, Joe Biden, dan Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, menyatakan sepakat untuk bersikap bertentangan dengan China atas polemik Taiwan hingga dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis Uighur di wilayah Xinjiang.
(isa/ayp)