Protes Junta Militer, Atlet Renang Myanmar Batal Olimpiade

CNN Indonesia
Jumat, 30 Apr 2021 17:10 WIB
Salah satu atlet renang terbaik Myanmar, Win Htet Oo, rela tak ikut berkompetisi di Olimpiade Tokyo sebagai bentuk protes terhadap junta militer. (AFP/Asanka Brendon Ratnayake)
Jakarta, CNN Indonesia --

Salah satu atlet renang terbaik Myanmar, Win Htet Oo, rela tak ikut berkompetisi di ajang Olimpiade Tokyo sebagai bentuk protes terhadap junta militer yang melakukan kudeta 1 Februari lalu.

Menurutnya, jika tetap berlomba dan menerima komite Olimpiade Myanmar yang saat ini dipimpin junta, berarti ia mendukung kudeta.

"Menerima Komite Olimpiade Myanmar (MOC) seperti yang dipimpin rezim saat ini berarti mengakui legitimasi rezim pembunuh," kata Htet Oo melalui pernyataannya di Facebook pada Kamis (29/4).

Ia kemudian berkata, "Saya tidak akan berbaris dalam Parade Bangsa (upacara pembukaan) di bawah bendera Myanmar yang berlumuran darah rakyat."

Htet Oo mengaku tidak lagi berminat mengikuti ajang olahraga terbesar dunia itu sejak kudeta terjadi. Menurutnya, meninggalkan timnas Olimpiade merupakan salah satu cara mendukung pemberontakan sipil terhadap junta militer.

"Saya ingin menunjukkan kepada rakyat Myanmar bahwa para atlet dapat berkontribusi dalam gerakan pembangkangan sipil," ucap Htet Oo dari Melbourne, Australia, kepada AFP.

"Jika saya ikut berjalan bersama timnas Olimpiade Myanmar dalam Parade Bangsa sambil tersenyum seolah saya berpura-pura semuanya baik-baik saja, terus terang itu membuat saya jijik."

Menurut Htet Oo, timnas olimpiade Myanmar menjadi ajang propaganda junta militer "untuk memberitahu dunia bahwa semuanya baik-baik saja" di negaranya.

Pemerintahan junta militer Myanmar sudah berkuasa hampir tiga bulan sejak kudeta berlangsung. Hingga kini, belum ada tanda-tanda situasi Myanmar akan membaik.

Gerakan pemberontakan sipil masih berlangsung di berbagai penjuru Myanmar. Sementara itu, aparat keamanan semakin kejam menindak para pemrotes dan oposisi junta militer.

Sejauh ini, menurut catatan kelompok aktivis Myanmar, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), setidaknya 759 orang tewas akibat bentrokan pedemo dan aparat.

Selain itu, ribuan warga termasuk pejabat pemerintah sipil, aktivis, hingga selebritas penentang junta militer masih ditahan sejak kudeta berlangsung. Beberapa dari tahanan politik itu bahkan dilaporkan telah divonis hukuman mati secara diam-diam.

(rds/has)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK