Upacara keagamaan umat Yahudi, Lag B'Omer, yang berlangsung di salah satu situs ziarah paling suci Israel berujung maut pada Kamis (29/4).
Setidaknya 44 orang dari puluhan ribu Yahudi Israel tewas akibat berdesakan saat upacara Lag B'omer di Gunung Meron, Galilea. Sebanyak 150 jemaah juga terluka akibat insiden itu.
Kejadian itu dilaporkan terjadi pada Kamis tengah malam tepatnya pukul 01.00 waktu lokal. Saat itu, puluhan ribu jemaat melangsungkan upacara api unggun yang digelar berdekatan dengan makam Rabbi Shimon Bar Yohai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makam Rabbi Shimon menjadi pusat ziara tahunan umat Yahudi dan salah satu inti upacara Lag B'Omer.
Menurut laporan Times of Israel, berdasarkan laporan awal pihak berwenang, lautan jemaat terlihat memenuhi gelanggang saat sesi api unggun itu berlangsung. Sebagian besar dari para peziarah bahkan berdesakan.
Selama upacara itu, para jemaat bernyanyi, berdoa, dan menari bersama. Akibat kelebihan kapasitas, salah satu bagian tribun gelanggang ambruk hingga membuat jemaat satu per satu mulai berjatuhan dan terinjak-injak, termasuk anak-anak.
Insiden itu menimbulkan kepanikan bagi jemaat lain, sebagian besar dari mereka mencoba menyelamatkan diri keluar dari kerumunan hingga terjadi aksi dorong-dorongan. Satu per satu jemaat yang ada di kerumunan pun terjatuh.
Salah satu jemaat yang selamat menuturkan dia terpeleset sebelum terjatuh di antara lautan manusia dan terinjak-injak. Dia sempat terjebak di antara kaki-kaki jemaat yang lainnya selama hampir 10 menit sebelum salah satu orang menolongnya.
"Saya merasa ada seseorang yang mendorong saya, dia hanya ingin bergerak lalu memukul saya. Saya merasa tidak bisa bernapas saat itu. Tidak ada orang yang tahu harus bagaimana," katanya kepada lembaga penyiaran Kan.
"Kejadian itu bermula dari kerumunan yang sangat padat. Ada banyak orang di atas saya. Saya terbaring di atas orang lain yang sudah tidak bernapas. Terdengar jeritan dan kekacauan di mana-mana, saya bahkan melihat anak-anak ada di bawah saya," paparnya menambahkan.
Kekacauan itu diperparah ketika sebagian besar jemaat menolak mengindahkan perintah polisi untuk segera keluar dari gelanggang itu.
Kan melaporkan polisi tidak bisa berbuat banyak dan tidak memaksa para jemaat untuk keluar dari lokasi kejadian karena terlalu banyak manusia di tempat tersebut.
Kerumunan yang menolak perintah polisi tersebut berdiri beberapa meter dari lokasi jemaat yang meninggal terinjak-injak.
Salah satu jemaat bahkan tak menganggap tragedi itu serius.
"Itu tidak masalah. Mereka menghalangi jalan kami tanpa alasan. Saya mau beribadah. Lihat apa yang mereka lakukan terhadap orang Yahudi," kata jemaat tersebut.
Hingga Jumat (30/4) pagi, ribuan orang masih bertahan di Gunung Meron, sebagian masih melangsungkan upacara keagamaan dengan menari dan bernyanyi.
Sementara itu, sebagian jemaat lainnya tertahan evakuasi lantaran kekurangan transportasi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyesali tragedi yang dianggapnya merupakan "bencana besar". Netanyahu juga dikabarkan bergegas mengunjungi Gunung Meron untuk meninjau lokasi kejadian.
(rds/ayp)