Salah satu penyelenggara ekspedisi di Nepal mengumumkan kematian dua pendaki asal Amerika Serikat dan Swiss di Gunung Everest pada Kamis (13/5).
"Dua pendaki meninggal pada Rabu," kata Mingma Sherpa dari Seven Summit Treks, dikutip dari AFP.
Salah satu anggota lain Seven Summit Treks Chhang Dawa Sherpa mengungkapkan, pendaki asal Swiss yang tewas di Gunung Everest itu bernama Abdul Waraich (40).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Chhang, Abdul meninggal karena kelelahan setelah ia mencapai puncak gunung tertinggi itu. Abdul menghembuskan napas terakhirnya di titik dekat puncak Everest.
Chhang mengatakan pihaknya telah mengirim dua anggota suku Sherpa dengan membawa oksigen dan makanan. Namun, Abdul tidak bisa diselamatkan.
"Kami mengirim dua orang suku Sherpa tambahan dengan oksigen dan makanan, sayangnya Sherpa tidak bisa menyelamatkannya," kata Chhang melalui akun Instagramnya.
Sementara, pendaki lainnya yang tewas di Gunung Everest merupakan petenis asal Amerika Serikat Puwei Liu (55). Liu telah berhasil mencapai Hillary Step, salah satu trek pendakian di Gunung Everest.
Namun, Liu mengalami kebutaan dan kelelahan akibat salju. Menurut Chhang, Liu telah berhasil mencapai Camp 4.
"Sebelum dia tiba-tiba meninggal," kata Chhang.
Kasus kematian di pendaki Gunung Everest bukan sekali ini terjadi. Rata-rata, lima pendaki meninggal per tahun di puncak gunung tertinggi di dunia itu.
Jumlah pendaki di Gunung Everest melonjak pada beberapa musim terakhir. Jumlah pendaki yang melebihi kapasitas dinilai sebagai penyebab banyaknya kasus kematian di gunung ini.
Tercatat, sebelas pendaki di gunung itu tewas pada 2019 lalu. Empat kematian di antaranya diduga disebabkan karena trek yang terlalu padat.
Sebagai gambaran, pada suatu hari, sebanyak 354 orang berbaris menuju puncak Everest dari sisi selatan Nepal dan sebelah utara Tibet.
Menangani persoalan ini, Kementerian Pariwisata Nepal mengumumkan aturan pembatasan jumlah pendaki Gunung Everest.
Para penyelenggara ekspedisi telah diminta agar memperketat pengiriman tim ke puncak. Selain itu, mereka juga diminta agar membatasi jumlah pendaki dalam satu waktu.
Setelah kasus Covid-19 melandai pada musim lalu, Nepal melonggarkan aturan karantina. Tindakan ini dilakukan untuk menarik lebih banyak wisatawan meskipun mereka tetap kesulitan melakukan perawatan jika para pendaki terinfeksi Covid-19.
Tercatat, pada musim ini Nepal telah menerbitkan 408 izin pendakian. Jumlah ini naik dari tahun 2019 sebanyak 381 izin.
Selain itu, kawasan kota yang menampung lebih dari 1.000 pendaki asing di tenda sudah dibangun di kaki Gunung Everest. Hotel-hotel di sepanjang rute wilayah itu juga kembali beroperasi.
Sementara itu, cuaca hangat di Gunung Everest yang membuat pendakian menjadi lebih aman muncul bertepatan dengan gelombang kedua penyebaran Covid-19.
Tercatat, lebih dari 30 pendaki yang sakit telah dievakuasi dari basecamp. Di sisi lain, kelompok pendaki yang biasanya hadir tahun ini absen setelah bagian ekspedisi diminta untuk memberlakukan pembatasan sosial.
(iam/chs)