Netanyahu Buka Suara soal Pembentukan Koalisi Baru Israel
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, buka suara soal pembentukan koalisi pemerintah baru yang bakal melengserkannya jika disetujui oleh parlemen.
Melalui Twitter, Netanyahu pun mendesak para anggota parlemen untuk menolak pembentukan koalisi ini.
"Semua legislator yang terpilih saat pemilu dari sayap kanan harus menentang pemerintah sayap kiri yang berbahaya ini," katanya dalam Twitter, Kamis (3/6).
Sebagaimana dilansir Reuters, ini merupakan pernyataan pertama Netanyahu untuk melawan Yair Lapid, rival terkuatnya dalam pemilu lalu.
Lapid diberi kewenangan untuk membentuk koalisi setelahNetanyahu sebagai pemenang pemilu tak berhasil membuat pemerintahan.
Lapid berhasil membentuk koalisi dengan menggabungkan partai kecil dan menengah dari berbagai spektrum, termasuk yang berseberangan secara ideologi seperti partai Arab.
Ini pun menjadi kesempatan kali dalam sejarah Israel, partai Arab bergabung dalam koalisi pemerintahan.
Secara keseluruhan, Lapid berhasil membujuk setidaknya delapan partai, yakni Partai New Hope pimpinan eks sekutu Netanyahu, Gideon Saar, dan partai nasionalis sekuler sayap kanan, Yisrael Beitenu, pimpinan Avigdor Lieberman.
Ada pula Partai Buruh, Maretz, Partai Biru dan Putih pimpinan Menhan Israel, BennyGantz, hingga Yamina yang dipimpin Naftali Bennett.
Di bawah kesepakatan pembentukan koalisi itu, Bennet digadang menjadi perdana menteri Israel menggantikan Netanyahu.
Selama kampanye, Lapid menggunakan dakwaan hukum terhadap Netanyahu sebagai alasan utama Israel membutuhkan pemimpin baru.
"Pemerintahan ini akan menghargai lawan dan melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk menyatukan semua partai di Israel," kata Lapid dalam Twitter-nya.
Jika pembentukan koalisi Lapid itu dikonfirmasi badan legislatif Knesset, maka pemerintahan Netanyahu akan berakhir setelah 12 tahun.
Analis politik pun menduga Netanyahu akan mencoba untuk menghentikan langkah oposisi. Ia akan terus berupaya membujuk partai-partai yang bergabung dengan Lapid.
Netanyahu menguasai 30 kursi dari total 120 kursi di Knesset, hampir dua kali lipat dari Partai Lapid. Dia juga bersekutu dengan tiga partai keagamaan dan nasionalis lainnya.
Namun, Netanyahu tak berhasil membentuk koalisi yang harus mencakup setidaknya 61 kursi dari total 120 kursi Knesset.
(isa/has)